JabarEkspres.com, BANDUNG – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) beberapa waktu lalu berikan instruksi, agar seluruh apotek di Indonesia menghentikan sementara penjualan obat dalam bentuk sirop.
Apotek Raja Jaya Farma yang berlokasi di Kecamatan Batununggal, Kota Bandung, diketahui mengikuti instruksi dari Kemenkes tersebut.
Salah satu pengelola Apotek Raja Jaya Farma, Novita (27) mengaku, banyak masyarakat yang datang untuk membeli obat jenis sirop.
“Macem-macem, ada yang buat anaknya ada juga buat dia (pembeli usia dewasa), cuma kita enggak bisa jual karena belum ada instruksi lanjutan kemarin,” kata Novita kepada Jabar Ekspres, Jumat, 21 Oktober 2022.
Dia menerangkan, usai dikeluarkannya instruksi dari Kemenkes itu cukup membuat dilema, sebab di satu sisi ingin membantu warga yang sakit serta menambah omzet, namun di sisi lain arahan harus tetap diterapkan.
“Khawatir juga, takutnya kalau kita jual dan pembeli kenapa-kenapa, bisa bahaya. Apalagi saya (lulusan) Farmasi udah disumpah,” terang Novita.
Menurutnya, fenomena kasus gagal ginjal akut progresif atipikal (Atypical Progressive Acute Kidney Injury), yang baru-baru ini menyerang anak-anak di beberapa daerah Indonesia saat ini, cukup membuat panik masyarakat.
“Banyak yang parno (paranoid), soalnya pas beli obat terus pembeli tanya-tanya, ujungnya pasti bilang aman apa enggak kalau dikonsumsi dan mereka bilang sendiri cukup takit karena ada kasus itu,” ujar Novita.
“Tapi kalau ke penjualan alhamdulillah, enggak berdampak jadi menurun omzet,” tambahnya.
Novita menjelaskan, pemasukan dari menjual obat setiap harinya bisa mencapai Rp10 juta, meski ada larangan jual obat jenis sirup omzet di apoteknya tidak menurun.
“Saya saranin ke obat lain, apakah ke herbal atau tablet. Kalau untuk anak-anak biasanya saya saranin ke madu supaya lebih aman,” jelasnya.
Novita memaparkan, konsumsi obat tablet hanya diperbolehkan untuk anak usia 6 tahun ke atas, sehingga jika ada konsumen yang hendak membeli obat untuk anaknya, selalu diberikan edukasi.
“Dijelasin juga, biar enggak berdampak ketika dikonsumsi, warga awam soal obat jangan kita enggak kasih saran dan edukasi,” paparnya.
“Termasuk sakitnya, saya tanya juga apa gejala dan yang dirasakan biar obatnya sesuai,” lanjut Novita.