Febi hanya bisa berharap kejadian itu tak terulang kembali. Dunia sepak bola perlu ada perubahan. Baik secara keamanan hingga struktur organisasi. Apa yang diteriakkan suporter seluruh Indonesia kini benar, tidak ada sepak bola seharga nyawa.
Dia yakin badai akan berlalu. Tetapi luka itu masih membekas. Febi juga bertanya, mengapa aparat keamanan tega menembakkan gas air mata ke tribun di mana ada banyak anak kecil dan ibu-ibu?
Belum lagi pertanyaan yang menggantung, siapakah yang mengunci rapat pintu gate 13? Gerbang yang sekarang berbentuk seperti menjadi “kuburan” itu? (jawapos-red)