JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto hadir di Gedung Nusantara II DPR RI untuk membuka The 8th G20 Parliamentary Speakers’ Summit.
Menurutnya, pada Presidensi G20 pemerintah Indonesia mengajak negara-negara G20 untuk pulih bersama dalam menghadapi krisis multidimensi ini.
‘’Semangat tersebut hingga kini semakin relevan ditengah tantangan global yang terjadi saat ini,’’ kata Airlangga Hartarto dalam keterangannya, Jumat, (7/10).
Adanya krisis global harus diatasi bersama-sama dengan semangat kebersamaan dan tidak memiliki ego yang yang akan mempersulit negara-negara di dunia untuk bertahan.
Adanya tantangan keamanan, ekonomi dan lingkungan yang berdampak pada krisis multidimensi telah menghambat dalam percepatan pemulihan ekonomi.
Untuk mendukung program perubahan iklim, pemerintah Indonesia tetap berkomitmen bahwa peningkatan pertumbuhan ekonomi akan tetap memperhatikan aspek lingkungan.
Untuk Trasisi Energi pemerintah juga tengah mengupayakan untuk co-firing PLTU dengan blue ammonia, carbon capture dan storage, serta financial model untuk untuk PLTU yang tidak efisien.
‘’Hal tersebut juga terkait dengan target untuk mencapai net zero emission (NZE) pada tahun 2060 atau lebih cepat,’’kata Airlangga Hartarto.
Pemerintah Indonesia juga mendesak kepada negara negera maju untuk memenuhi janji mereka menyediakan pendanaan untuk penanganan perubahan iklim sebesar USD100 miliar.
‘’Dana ini rencananya akan diberikan kepada negara-negara berkembang,’’ kata Airlangga Hartarto.
Dihadapan anggota DPR RI, Menko Airlangga memaparkan mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mampu tumbuh 5,44 persen pada Q2 tahun 2022.
Selain itu, mengenai kinerja perdagangan memperoleh rekor tinggi selama dua puluh delapan bulan berturut-turut, mencapai USD24,8 miliar.
Forum G20 sendiri merupakan forum yang terbentuk dari krisis ekonomi tahun 1998 dan saat ini mewakili 85% PDB global dan 75% perdagangan dunia.
Di tengah krisis multidimensi dengan posisi negara yang sangat terfragmentasi saat ini, G20 harus tetap memiliki peran yang kuat dan tidak boleh redup.
Sebagian besar konteks dalam concrete deliverables yang dibahas pada pertemuan-pertemuan working group dan engagement group telah disepakati.
Satu-satunya masalah yang masih ada adalah geopolitik. Oleh karena itu, pertemuan Parliament 20 (P20) diharapkan dapat menyelesaikan masalah geopolitik yang tersebut.