Tips Anti Jadi Pengangguran Setelah Lulus Sarjana ala Rektor UNU Yogyakarta

Karena bagi Widya, akhirnya sekolah itu adalah tempat belajar untuk bagaimana belajar, sehingga bisa beradaptasi dalam situasi apapun, terlebih perubahan dunia yang demikian cepat dan disruptif.

Selain kemampuan untuk belajar, yang dibutuhkan saat ini juga adalah menyaring hal-hal usang yang sudah dipelajari. Sehingga kemampuan untuk menerima hal-hal baru bisa lebih cepat.

“Saya tidak melihat sekolah untuk belajar sesuatu karena sesuatu itu mudah rusak. Misal manajemen, teori yang kita pelajari hari ini pada tiga tahun lagi mungkin usang. Sehingga kita harus memposisikan sebagai gelas,” kata dia.

“Gelas ketika penuh diisi air terus menerus, air akan tumpah. Nah, kita juga harus bisa membuang apa yang kita pelajari yang telah usang, agar hal baru bisa masuk. Karena dunia terus berubah jangan pakai cara pandang lama untuk melihat hal baru,” tambahnya.

  1. Cepat Beradaptasi dan Pasang Target

Kemampuan adaptasi dan memasang target, menjadi skill yang terakhir namun menurut Widya juga tak kalah penting. Gelar sarjana pastinya menjadi pengalaman baru bagi anak muda menghadapi kerasnya dunia kerja atau bermasyarakat, setelah belasan tahun di lingkungan sekolah.

Kemampuan cepat beradaptasi bisa dipelajari sejak kuliah. Bagi mahasiswa yang berkuliah di era Pandemi, sudah pernah merasakan kuliah berubah drastis secara Online selama dua tahun, sebelum akhirnya menjadi offline lagi akhir-akhir ini.

Mahasiswa juga sudah pernah merasakan merantau ke luar kota bahkan luar pulau, dan semasa kuliah mengenal teman baru baik di kampus, organisasi internal, maupun organisasi eksternal.

Setelah mengenal lingkungan lebih luas, sarjana maupun calon sarjana diharapkan Widya dapat menentukan target yang jelas. Misalnya, ingin menjadi pengusaha, usia 22 sebagai sarjana muda apa yang perlu dilakukan.

Lalu bagaimana target skala usahanya, jumlah pegawai, hingga omzet pada sepuluh tahun ke depan. Dengan adanya target, maka adaptasi bisa dilakukan secara terarah.

“Oleh karena itu, semasa jadi mahasiswa, belum sarjana, tidak cukup hanya belajar di kelas, belajar bisa di manapun kita bisa belajar di masyarakat, pesantren, industri, organisasi, semakin banyak ruang belajar yangg kita manfaatkan semakin baik,” tuturnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan