DEPOK – Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengajak tokoh agama dan masyarakat untuk ikut serta jaga kondusivitas jelang pemilu serentak 2024. Tujuannya untuk menjaga keutuhan NKRI.
“Tunjukan dengan ceramah-ceramahnya yang ramah. Sehingga jelang pemilu 2024 tercipta damai dan kondusif. Selain itu mampu menghasilkan terpilihnya pemimpin yang adil dan amanah,” kata Emil saat bertemu denga para tokoh di Depok, Rabu (29/9).
Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil mengatakan, Indonesia merupakan jumlah pemilu terbanyak di dunia, 80 ribu pemilu. Hal tersebut sesuai dengan asas pokok NKRI. Yaitu: demokrasi.
Dia menyebutkan, pada 2024 bakal menjadi tahun politik besar-besaran di Indonesia. Pada tahun tersebut, pemilu dan pemilihan kepala daerah (pilkada) bakal digelar serentak.
Pemilu digelar pada 14 Februari 2024 untuk memilih presiden dan wakil presiden, lalu anggota dewan perwakilan rakyat (DPR) RI, dewan perwakilan daerah (DPD) RI, serta dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) provinsi dan kabupaten/kota.
Sementara, pilkada bakal digelar 27 November 2024. Melalui gelaran pilkada, akan dipilih gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati, serta wali kota dan wakil wali kota di seluruh Indonesia.
“Anggap saja 2024 sebagai rutinitas lima tahunan. Semua boleh berkompetisi. Tapi kita harus menjaga kondusivitas dan prestasi. Agar masyarakat semuanya tetap betah,” ajak Kang Emil kepada para tokoh.
Diketahui, pertemuan dengan tokoh lintas agama itu merupakan rangkaian dari kegiatan Sarling (Siaran Keliling) selama sehari penuh di Kota Depok yang mana salah satu tujuannya adalah menyerap aspirasi masyarakat.
Dalam pertemuan tersebut, Kang Emil bersama Wali Kota Depok mendengarkan aspirasi dari perwakilan tokoh agama Islam, Kristen, Hindu dan Buddha.
Dia mengatakan, walaupun ada perbedaan persepsi terhadap Indeks Kerukunan Umat Beragama, namun secara umum kondusivitas di Kota Depok masih terjaga dengan baik. Masyarakat pun hidup rukun di tengah kondisi sosial Depok yang sangat beragam.
“Tadi bersama Pak Wali Kota kita membahas dengan tokoh-tokoh agama yang intinya salah satunya ada perbedaan persepsi terhadap Indeks Kerukunan Umat Beragama. Tapi intinya, baik-baik saja karena kita terus perkuat komunikasi,” tuturnya.