“Bripka Ricky, Yosua, Ibu PC, Kuat, RE menggunakan mobil bersama ke rumah Duren Tiga,” kata dia.
Setiba di rumah dinas, Bripka RR lalu memutar mobil dan memarkirkan mobil di tepi jalan.
Tak berselang lama, Ferdy Sambo tiba di rumah dinas. Bripka RR lalu memundurkan sedikit mobil dan masuk ke area carport rumah dinas.
Lalu Kuat Ma’ruf datang dan meminta Bripka RR menghampiri Brigadir J yang berada di taman samping. Mereka bertiga lalu menemui Ferdy Sambo di ruang tengah rumah dinas.
Di sana ada Ferdy Sambo dan Bharada E. Sebelum terjadi penembakan, Brigadir J berada di depan Ferdy Sambo dan Bharada E.
“Kemudian Bripka Ricky hanya ingat mendengar Bapak FS mengucapkan ‘jongkok!’. Tetapi Yosua tidak mau dan mundur sambil mengangkat kedua tangan di depan dada sambil berkata ‘eh ada apa ini?,” tutur Erman dilansir detikcom.
Bripka RR mengatakan Bharada E lalu menembak ke arah dada Brigadir J menggunakan senjata miliknya.
Brigadir J pun jatuh tertelungkup dekat tangga, tepatnya di depan kamar mandi.
Bripka RR sempat berjalan ke arah dapur karena mendengar Brigadir Romer memanggil lewat HT dan bertanya soal peristiwa yang terjadi.
Namun, saat dia tak menemukan siapa pun di garasi sehingga kembali ke ruang tengah.
“Kemudian Bapak FS sedang menembak ke arah dinding,” katanya.
Erman mengatakan kliennya tidak dapat memastikan apakah saat itu Ferdy sambo menggunakan sarung tangan warna hitam atau masker yang ada di tangannya.
Setelah itu, Ferdy Sambo jalan ke arah dapur dan kembali ke ruang tengah bersama Brigadir Romer. Mereka menuju kamar Putri Candrawati.
“Lalu membawa Ibu PC dalam keadaan menangis dan saat di garasi menyuruh Bripka Ricky mengantar Ibu PC ke Saguling,” katanya.
Demikian kesaksian Bripka RR saat detik-detik penembakan Brigadir J di rumah dinas Duren Tiga oleh Sambo dan Bharada Eliezer. (pojoksatu-red)