Bus Kurnia

Himawan lantas meminta agar bus itu ditambah kata Siliwangi di depan nama lamanya. Himawan adalah Pangdam Siliwangi. Jadilah Siliwangi Antar Nusa (SAN). Tanpa sang jenderal benar-benar memilikinya. Sampai sekarang.

Bus Siliwangi pun tidak disentuh preman. Kurnia menjaga perusahaan itu sebagai generasi kedua. Perubahan demi perubahan ia lakukan.

Salah satu perubahan pelayanan ”zaman baru” adalah begini: misalkan bus itu mogok. Lalu dipinggirkan. Penumpang tidak perlu berlama-lama berdiri di pinggir jalan yang pengap. Perusahaan mendatangkan mobil jemputan. Penumpang diangkut ke tempat yang layak. Bisa ke fasilitas umum, ke masjid atau depot terdekat. Atas biaya perusahaan.

AC adalah mutlak. Tempat duduk yang bisa di-deglak-kan juga wajib. Plus toilet. Video. Jangan sampai tidak ada: colokan listrik untuk charging handphone.

Meski bukan yang terbesar, Kurnia dipilih menjadi ketua umum Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI). Anggotanya adalah generasi kedua para pengusaha bus. Mereka membangun website. Mereka menjadi satu network yang saling mendukung.

Di dalam IPOMI (berdiri tahun 2012), tergabung sekitar 30 pengusaha muda. Yang terbesar adalah Sinar Jaya: 1.200 bus. Ada lagi nama Rosalia Indah, Gra Mas, dan NPM. Bus mereka kisaran 200 sampai 400 buah.

Ketika menyebut nama NPM dahi saya mengerut. Saya seperti sering melihat bus dengan nama itu. Saya penasaran. Singkatan apa NPM itu. Ternyata itu sebuah seruan: Naikilah Perusahaan Minang. Lupakan kenaikan harga BBM –kalau bisa. (Dahlan Iskan)

 

Komentar Pilihan Dahlan Iskan pada tulisan edisi 6 September 2022: Amplop Suharso

alasroban

Sebaiknya memang bagitu Bah, Demi kemaslahatan bersama. Setiap kader partai yang menjadi pejabat publik harus melepas jabatan di partai. Cukup menjadi anggota saja. Ini untuk mengurangi potensi penyalahgunaan wewenang publik untuk kepentingan partai. Lebih sesuai darpada yang mana semangat Pancasila. “Mengutamakan kepentiangan umum di atas kepentingan pribadi atau golongan”

 

Ahmad Zuhri

Amplop untuk Kyai itu biasanya disebut Bisyaroh, yaitu merupakan tanda terima kasih atas jasa yang telah dilakukan seseorang yang diminta untuk melakukan sesuatu dalam hal ibadah. Bisyaroh ini bisa juga insentif atau honor untuk pengurus pondok. Tidak ada batasan berapa besar/banyak jumlahnya, karena yg diharapkan adalah keberkahan nya bukan nilai nya. Jadi ingat dawuhnya Gus Mus.. jangan cari banyaknya, tapi carilah berkahnya. Tentu saja banyak sekaligus berkah akan lebih baik hehe..

Tinggalkan Balasan