BANDUNG – Selama bertahun-tahun, Usep Iyun (54) merasakan sakit di bagian bawah perutnya. Meski demikian, ia mengaku tidak pernah sekali pun memeriksakan keluhannya ke fasilitas kesehatan. Selain rasa takut mengidap penyakit berat, Usep juga mengkhawatirkan biaya pelayanan yang harus ia keluarkan jika menjalani pengobatan.
Di tengah kekhawatirannya tersebut, Usep mendapatkan informasi dari Kader JKN di dekat tempat tinggalnya agar segera berobat menggunakan kartu JKN. Sebelumnya, Usep dan keluarga memang pernah terdaftar sebagai peserta JKN segmen Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) atau peserta mandiri kelas tiga. Akan tetapi, dikarenakan alasan keuangan, status kepesertaannya menjadi tidak aktif.
“Pertama kali mendatangi Puskesmas, saya langsung ditanya apakah sudah terdaftar BPJS Kesehatan atau belum. Saya pun menyampaikan kondisi yang sebenarnya. Saya tidak punya uang untuk bayar iuran. Akhirnya Petugas Puskesmas pun mendaftarkan saya sekeluarga sebagai peserta BPJS Kesehatan yang iurannya dibayarkan oleh Pemerintah Kota Bandung. Alhamdulillah, prosesnya sangat cepat dan saya bisa berobat menggunakan BPJS Kesehatan. Di Puskesmas, dokter mengatakan sepertinya saya mengalami usus buntu,” jelas Usep pada Selasa (30/08).
Sebagai informasi, Kota Bandung sudah mencapai Universal Health Coverage (UHC) sejak 1 Januari 2018, yang artinya lebih dari 95 persen warga Kota Bandung sudah terdaftar sebagai peserta JKN sehingga masyarakatnya tidak perlu khawatir dalam mengakses pelayanan kesehatan. Usep yang menunggak iuran JKN pun akhirnya dibantu pemerintah setempat sehingga bisa mengakses layanan kesehatan sebagai peserta JKN tanggungan pemerintah daerah.
Melihat kondisi Usep yang harus segera mendapatkan penanganan, Puskesmas Margahayu Raya segera merujuknya ke RS Pindad. Di sana, Usep mendapatkan pengobatan intensif, menjalani beberapa pemeriksaan lab dan sebagainya. Kemudian, pada 15 Juli 2022 lalu, ia menjalani tindakan operasi usus buntu.
“Pelayanan yang saya terima sangat cepat, mudah, dan tidak bertele-tele. Fasilitas yang didapatkan pun tidak dibeda-bedakan. Saya dirawat selama satu hari dan pulang tanpa membayar sepeser pun. Lewat Program JKN, saya merasa tertolong sekali. Jika tidak ada JKN, mungkin sampai sekarang saya masih mengerang kesakitan. Sehari-hari saya hanya berjualan cilok. Kalau harus operasi dengan uang sendiri, rasanya saya tidak akan mampu,” tuturnya.