JAKARTA – Pengakuan Putri Candrawathi sebagai korban pelecehan seksual oleh Brigadir J atau Brigadir Joshua diragukan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).
Pasalnya, ada 7 kejanggalan Putri Candrawathi yang mengaku korban pelecehan sebagaimana tertuang dalam berita acara pemeriksaan (BAP) Ferdy Sambo pada pemeriksaan 22 Agustus 2022.
Meski memiliki 7 kejanggalan Putri Candrawathi korban pelecehan Brigadir J, LPSK hanya mau mengungkap 6 kejanggalan saja.
Beberapa kejanggalan diantaranya adalah bahwa tudingan pelecehan seksual itu terjadi di Magelang saat rumah itu tidak hanya ada Putri dan Brigadir J saja.
Ada Kuat Maruf dan Susi, ART Ferdy Sambo. Tapi ternyata Putri tidak berteriak minta tolong kepada keduanya.
“Di Magelang itu masih ada Kuat Maruf dan Susi. Jika memang terjadi demikian (pelecehan seksual), Putri seharusnya bisa teriak di sana,” ungkap Wakil Ketua LPSK Edwin Partogi Pasaribu, Minggu 4 September 2022.
“Kalaupun terjadi peristiwa, kan si ibu PC masih bisa teriak,” ucap Edwin.
Kejanggalan lain, yakni terlihat ketika Putri Candrawati masih mencari keberadaan Brigadir J.
Putri Candrawati mencari Brigadir J bahkan terjadi saat di Magelang dan di Jakarta.
“Bahwa PC masih bertanya kepada RR ketika itu di mana Joshua. Jadi, agak aneh. Orang yang melakukan kekerasan seksual tapi korban masih tanya di mana Joshua,” ujar dia.
Edwin juga mengungkap bahwa pada 7 Juli 2022 itu Brigadir J dihadapkan kepada Putri di kamar setelah dipanggil.
“Itu kan juga aneh, seorang korban mau bertemu dengan pelaku kekerasan seksualnya. Apalagi misalnya pemerkosaan atau pencabulan,” sambung Edwin.
Kejanggalan lain adalah bahwa pada 7-8 Juli 2022, Putri masih serumah dengan Joshua. Baik saat di Magelang maupun di Jakarta.
“Ini juga ganjil janggal. Lain lagi J masih dibawa oleh ibu PC ke rumah Saguling. Kan dari Magelang ke rumah Saguling,” ujar dia.
Edwin mengungkap, kejanggalan Putri Candrawati korban pelecehan Brigadir Joshua itu tergambar jelas dalam rekonstruksi.
Rekonstruksi itu disaksikan dan diawasi langsung LPSK, Komnas HAM, dan Kompolnas.
Meski mengaku memiliki 7 kejanggalan, tapi Edwin tak mau mengungkap kejangalan ke-7.