BANDUNG – Baru-baru ini Wali Kota Bandung Yana Mulyana meresmikan gedung dakwan Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) yang berlokasi di Jalan R.A.A. Martanegara No. 30, Kota Bandung.
Adanya peresmian tersebut membuat banyaknya polemik masyarakat yang menilai Yana Mulyana intoleran.
Menanggapi adanya anggapan tersebut, ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Barat, Rachmat Syafei menyebut langkah yang diambil Yana dinilai kurang tepat.
“Kalau Syiah seperti dulu yang pernah terjadi, kita harus toleran dalam arti jangan sampai mempunyai gerakan yang intoleransi terhadap itu,” ucap Rachmat saat dikonfirmasi, Rabu (31/8).
Rachmat mengungkapkan, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung harus benar-benar memahami keyakinan masyarakat yang berbeda-beda.
“Nanti bisa ribut kita itu. Padahal ada perbedaan, ada yang memang penyimpangan. Penyimpangan tinggal diluruskan saja,” sambungnya.
Solusi yang harus diambil Pemkot Bandung, menurut Rachmat, gerakan-gerakan tersebut harus diberikan konten dakwah yang baik seperti tidak mengarah kepada ajaran Syiah.
“Jadi jangan sampai menyimpang dari akadan, karena ini akan jadi masalah kalau memang ada gerakan yang secara disekaliguskan seperti itu,” pungkasnya.
Diketahui, melalui keterangan resmi SETARA Institute menyebut bahwa peresmian yang dilakukan oleh Yana Mulyana kepada Gedung ANNAS dinilai sangat intoleransi dan memfasilitasi kelompok intoleran.
Bahkan dalam keterangannya, SETARA Institute mengecam kehadiran Walikota dan aparatur negara (ASN) di Kota Bandung imbas dukungannya kepada komunitas ANNAS.
Apa yang dilakukan oleh Walikota Bandung dan (ASN) dinilai sangat berpihak dan memfasilitasi kepada ANNAS yang menurut data riset komunitas tersebut kerapkali menjadi pelaku pelanggaran kebebasan beragama atau berkeyakinan pada kategori aktor non-negara.
(San)