Mereka sama sekali tak dikenal. Jangan bayangkan penampilan awal mereka seperti saat ini. Dimana selalu dipenuhi belasan hingga puluhan ribu orang.
“Di awal lahirnya majelis ini, pesertanya hanya segelintir orang. Waktu itu kami hanya tampil dari rumah ke rumah. Hanya dilihat sedikit orang, paling banyak 40 orang,” ujarnya. Perlahan-lahan, nama Syubbanul Muslimin semakin dikenal. Sejumlah tetangga desa tertarik dengan penampilannya dan mengundang untuk bersalawat bersama.
“Desa sebelah melihat, kok sepertinya asyik acaranya. Akhirnya terus menyebar lagi ke desa sebelahnya. Itu terus menyebar. Alhamdulillah, kami bersyukur, sekarang Syubbanul Muslimin telah diberi nikmat kesempatan oleh Allah SWT untuk bersalawat di berbagai daerah, bahkan hingga ke luar pulau,” ujar Gus Hafidz.
Di antaranya, Hongkong, Taiwan, Malaysia, dan Singapura. Juga telah berdiri Syubban Lovers, kelompok pencinta Syubbanul Muslimin di 120 kabupaten/kota se-Indonesia. ”Ketika milad ke 13 Syubbanul Muslimin beberapa waktu lalu, sebanyak 1.500 perwakilan Syubban Lovers se-Indonesia berkumpul bersama di Probolinggo,” ujarnya.
Yang membanggakan, Gus Hafidz tak hanya merangkul para santri. Dia mengajak anak-anak muda yang sebelumnya suka mabuk-mabukan, berkelahi, atau mencuri. Meski demikian, saat awal pertama mengajak, tak mudah untuk meyakinkan anak-anak muda tersebut. Tapi, Gus Hafidz tak mau menyerah.
Saat awal Syubbanul Muslimin berdiri, anak-anak muda itu datang ke majelis dengan gaya slengean. Mereka memakai anting hingga berambut gondrong.
“Mereka mendengarkan ceramah dan bersalawat sambil merokok. Tapi, tak pernah saya tegur. Mau hadir ke majelis saja sudah Alhamdulillah, kan sebelumnya cuma mabuk-mabukan. Proses dakwah harus halus dan pelan. Target pertama saya cuma membuat mereka betah duduk berzikir dan bersalawat,” ujarnya.
”Karena begitulah seharusnya dakwah ini digencarkan. Kita merangkul, bukan memukul,” imbuh Gus Hafidz. Dia bersyukur, saat ini sebanyak 350 anak muda, sebagian di antaranya adalah mereka yang dulu suka bermabuk ria, aktif bersalawat. Tiap pekan mereka mengiringi 5 ribu sampai 10 ribu jamaah yang bersalawat di tempat Syubbanul Muslimin.
“Itu bukan karena saya yang hebat bisa mengajak mereka, tapi karena barokahnya salawat, sehingga menggerakkan hati anak-anak muda menuju kebaikan,” jelasnya.