Hasil Autopsi Brigadir Joshua Akan Tentukan Ada Tidaknya Motif LGBT Ferdy Sambo

JABAREKSPRES.COm- Hasil autopsi ulang Brigadir Joshua dikabarkan akan diumumkan hari ini oleh tim dokter forensik. Diharapkan hasil autopsi dubur Brigadir Joshua juga akan dibuka, karena akan menentukan ada tidaknya motif LGBT dari Ferdy Sambo.

Autopsi dubur dan kelamin Brigadir Joshua ternyata merupakan permintaan khusus dari keluarga.

Ketua IPW, Sugeng Teguh Santoso, mengungkapkan hal tersebut. Namun Sugeng mengaku tidak mengetahui apakah permintaan keluarga tersebut dilakukan atau tidak oleh tim dokter.

Isu LGBT menjadi motif pembunuhan Brigadir Joshua viral di media menjelang pengumuman hasil autopsi kedua hari ini. Hal ini membuat publik berharap hasil otopsi benar-benar dibuka secara keseluruhan.

Meski isu tersebut juga masih harus diverifikasi baik dari segi sumber maupun bukti-buktinya. Mengingat polisi juga hingga kini belum mengumumkan motif dari penembakan Brigadir J.

Kebenaran adanya motif LGBT dalam kasus kematian Brigadir Joshua akan terang benderang bila hasil otopsi dubur Brigadir Joshua diumumkan.

“Hari Senin mau ada laporan hasil otopsi. Apakah ada serangan kelamin terhadap Joshua. Serangan kelamin, misalnya dipotong. Mungkin. Karena itu diminta kaluarganya,” ujarnya, seperti dilansir dari Podcast Hazairin Sitepu atau Bang HS.

Kendati Sugeng belum membenarkan adanya motif LGBT dalam kasus kematian Brigadir Joshua, namun pernyataan Kadiv Humas Polri dan Menko Polhukam Mahfud MD seakan membenarkan bahwa motif pembunuhan Brigadir Joshua terkait dengan LGBT.

“Tapi pernyataaan itu (LGBT) terwakili dengan pernyataan Dedi Prasetyo. Kasihan kedua belah pihak. Si Pak Mahfud mengatakan, motif ini 18 tahun ke atas. Menjijikkan,” ujarnya.

Menurut Sugeng, isyarat motif menjijikan itu yang disebut Mahfud MD sebenarnya tak mengarah kepada kontek perselingkuhan.
Pasalnya perselingkuhan itu merupakan hal biasa terjadi di tengah masyarakat.

“Menjijikkan. Nah menjijikkan itu apa. Kalau misalnya selingkuh tidak menjijikkan. Selingkuh itu sesuatu yang biasa kalau dia hiperseksual,” beber Sugeng.

Berbeda halnya dengan konteks seksual yang menjijikkan. Jelas hal tersebut hanya mengarah kepada kasus LGBT.

“Tapi kalau konteks seksual yang menjijikkan itu dalam sosial kita yang tidak bisa diterima. Ya LGBT,” ujarnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan