“Kemudian di SMP, itukan gurunya guru mata pelajaran. Misalnya ada guru matematika yang kebetulan dari guru honor, terus diberhentikan, berarti kan para siswa enggak belajar matematika, itu baru salah satu contoh,” sebutnya.
Dirinya mengakui, bahwa tenaga honorer zaman sekarang tidak sama dengan tenaga honorer zaman dulu. Saat ini, tenaga honorer memiliki kompeten dan terbilang aktif.
“Kami pastikan tenaga honorer yang ada di zaman sekarang lebih berpotensi dibandingkan dengan tenaga honorer zaman dulu yang kebanyakan hanya berijazah SMA,” paparnya.
Dirinya melihat sejumlah konteks kebutuhan di lapangan yang tak sebanding dengan kenyataan. Sementara, kata dia, kita kan mengejar capaian sekolah dan capaian pendidikan yang notabene nya hari ini masih 10,3 persen.
“Itu untuk di Kota Bogor ya, yang rata-ratanya hanya mencapai kelas dua SMA, dengan BPKBM dengan adanya sekolah formal. Untuk mengejar itu kan perlu tenaga pengajar, sementara kebutuhan PNS atau ASN tidak berbanding lurus dengan kebutuhan,” bebernya.
“Solusinya kami bertahan. Yang jelas didalam BOS Pusat itu masih memungkinkan untuk membayar gaji untuk guru honorer. Nanti saya juga akan berkonsultasi dengan pemerintah pusat seperti apa dan ini bukan dihadapi oleh Kota Bogor saja tapi se-Indonesia yang sama-sama mengatakan hari ini masih kekurangan guru. Terbayang kalau nanti mereka tidak dilanjutkan,” tandasnya.*** (YUD)