JAKARTA – Ada kabar tidak sedap untuk para penggemar mi instan. Harga mi instan dikabarkan akan naik hingga tiga kali lipat.
Hal ini karena dampak perang Rusia-Ukraina pada rantai pasokan makanan global seperti gandum.
Ketergantungan impor komoditas yang dihasilkan oleh negara yang berkonflik bakal membuat kenaikan harga produk di dalam negeri. Misalnya, pasokan gandum Ukraina yang digunakan sebagai bahan baku mi instan mengalami masalah.
Tercatat 180 juta ton gandum di Ukraina tidak bisa dikirim ke luar negera karena perang tersebut.
“Jadi hati-hati yang makan mi banyak dari gandum, besok harganya 3 kali lipat itu,” ujar Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo, Selasa (9/8).
Mentan Yasin Limpo mengatakan, ini bukan tantangan yang yang kecil, sehingga pemerintah daerah perlu menguatkan produktivitas pertanian agar dampak yang akan dialami dari adanya konflik global tidak terlalu parah.
“Di Ukraina dan Rusia juga pemasok pupuk terbesar dunia, karena ada posfat, kalium yang terbesar, dan harga naiknya pupuk di dunia 3 sampai 5 kali lipat dari harga sekarang karena persolan konektivitas yang tidak tidak berjalan normal,” kata Mentan.
Untuk masalah ini, Mentan meminta petani maupun akademisi untuk memanfaatkan pupuk organik. Sebab dari adanya konflik tersebut akan membuat harga pupuk menjadi mahal, sehingga pemerintah bakal mengurangi pupuk subsidi.
“Kalau tunggu pupuk subsidi pasti tidak bisa itu, kita adaptasi dengan cara kita, banyak orang yang sukses tanpa menggunakan pupuk subsidi,” kata Mentan.
Bagi masyarakat kecil, mi instan adalah sebuah pilihan untuk bisa memenuhi kebutuhan makan setiap harinya karena harganya cukup murah.
Bukan hanya Gandum, masalah lain yang datang akibat konflik global tersebut adalah tersendatnya pasokan pupuk ke Indonesia, yang mana saat ini Indonesia juga menjadi importir pupuk dari Rusia maupun Ukraina. (bbs)