Sepuluh pelukis cilik memamerkan karya mereka dalam pameran bertajuk ‘Anak Indonesia Berani Kreatif’. Sedari Minggu (24/7), sehari usai perayaan Hari Anak Nasional, sebanyak 80 karya tampil di Galeri Pusat Kebudayaan (GPK), Jalan Naripan, Kota Bandung.
Muhamad Nizar, Jabar Ekspres.
Pelukis cilik berusia 6 tahun, Jago Asoka Rama, merasa senang setelah delapan karya miliknya tampil di pameran itu. Kedelapan karya ini, Jago menyebut, dipersembahkan untuk Ibu.
“Kebanyakan soal Mama dan Jago,” ujarnya, dibarengi senyum yang sungguh lebar.
Mama, sebutan Jago kepada sang Ibu, tak kalah lebar senyumnya. Berdiri di samping sang anak, Yeni Sari Ovikawati, 33, tampak tersipu.
Jago pun sumringah. Dia juga menunjukkan karya miliknya yang menurut dirinya merupakan karya paling berkesan. “Ini aku suka banget. Ada gambar Mama dan Jago.”
Telunjuk kecil sang pelukis cilik mengarah pada canvas berukuran 100×80 cm. Lukisan tersebut diberinama Jago Melindungi Kepala Mama dari Hujan, Biar Mama Ga Demam.
Bocah dengan kaos putih berlengan pendek seraya mengenakan topi kuning itu menunjuk Mama-nya, dan kemudian memeluknya dengan hangat. Manis.
Yeni mengatakan bahwa ia selalu memberi kebebasan kepada anaknya itu dalam berkreasi. Terlebih sedari Jago masih lebih kecil, kegemarannya akan warna sudah terlihat. Lantas, dia hanya bisa memfasilitasi ‘kerja-kerja menggambar‘ sang anak.
“Bahkan enggak cuman di kanvas saja, kayak di kertas bekas tugas, struk-struk belanja. Jago senang corat-coret,” ucapnya.
Hal itu pula yang membuat Jago mampu melakukan pameran tunggal di Bandung Creative Hub pada tahun kemarin. Lalu sekarang, Jago turut menyumbangkan karya di pameran bertajuk ‘Anak Indonesia Berani Kreatif’ ini.
Kurator Galeri Seni GPK, Isa Perkasa mengatakan bahwa untuk mendapatkan kesepuluh pelukis cilik adalah sesuatu usaha yang musykil.
“Riset kami juga memiliki kesulitan. Ada di mana anak-anak ini?” ujarnya, “(Namun) dengan cara pameran ini, mereka nanti akan dipantau.”
Isa menilai bahwa pameran bagi para pelukis cilik amat penting diadakan. Menurutnya, ibarat pemain bola, seni rupa pun butuh regenerasi. Setidaknya terdapat proses perkembangan para pelukis-pelukis usia muda itu.