Kasus Pengeroyokan Siswa SMP di Jambi Hingga Tulang Retak Berakhir Damai, Orang Tua Korban Sebut Kasihan

JAMBI – Kasus pengeroyokan yang menimpa AK (12), siswa kelas satu SMP Negeri 17 Kota Jambi hingga mengalami patah tulang akibat kekerasan di sekolah berakhir secara kekeluargaan.

Ratih (30), ibu AK, mengatakan bahwa AK sebelumnya dikabarkan telah dikeroyok kakak kelasnya. Akibatnya, anak tersebut mengalami memar, dan tulang kakinya retak.

Namun, setelah proses mediasi dan mendapatkan keterangan dari anak-anak di sana, diketahui bahwa AK dilibatkan dalam perkelahian.

“Kalau menurut penjelasan di sana, semua anak kumpul. Kakak kelas memprovokasi agar anak kami berkelahi dengan teman kelas tadi. Itulah terjadi perkelahian. Akibatnya, tulang kaki retak. Mati kaki dan bagian tumit retak,” ujar Ratih, Selasa (19/7)

Ia mengatakan, kasus ini sudah diselesaikan secara kekeluargaan. Sehingga ia mencabut laporan di Polresta Jambi dengan dugaan adanya pengeroyokan.

“Sudah diselesaikan secara kekeluargaan, jadi pihak kami mencabut laporan. Kasihan juga masih anak-anak. Biaya pengobatan dipenuhi keluarga tadi,” ujarnya.

Diberitakan sebelumnya, AK dikabarkan mengalami kekerasan oleh kakak kelasnya, Senin (18/7), karena tidak terima disuruh berkelahi dengan teman sekelasnya.

Akibat pengeroyokan ini, AK mengalami memar dan tulang kakinya mengalami retak hingga ia kesulitan berjalan. Pihak keluarga yang tidak terima, langsung melapor ke polisi pada pukul 16.00 WIB.

Namun, pihak sekolah membantah adanya pengeroyokan. Sebab, yang dialami siswa yang baru masuk SMP itu, adalah perkelahian.

Kepala SMP Negeri 17 Kota Jambi, Bambang menceritakan bahwa kejadian tersebut berlangsung saat Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), Senin (18/7) pagi. Saat itu terjadi perkelahian 2 siswa baru, lantaran tidak terima dengan gurauan tertentu.

“Biasalah anak-anak bergurau sesama mereka berdua satu kelas. Mungkin ada kesalahpahaman di situ, si AK dan si AL sama-sama tersulut emosi. Dan terjadilah perkelahian, Jadi, itu perkelahian,” tuturnya.

Walau kondisinya ramai, kata Bambang, tidak ada pengeroyokan. Namun, sejumlah kakak kelas menambah panas situasi.

Perkelahian ini berlangsung ketika selesai upacara, yang mana para murid diberikan kesempatan untuk beristirahat.

Saat itu diketahui para guru, disebut sedang rapat lantaran baru memulai masa pembelajaran yang baru. (bbs)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan