Nilai Rupiah Semakin Melemah, Hampir Mendekati Rp 15.000 per Dollar AS

Jabarekspres.com – Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS masih melemah dalam sesi perdagangan Senin (04/07). Bahkan sejak pekan lalu, rupiah hampir masuk dalam level Rp 15.000 per dollar AS.

Dalam data Blooomberg, kurs rupiah terhadap dollar AS siang ini masih lemah. Pada pukul 14.00 WIB, mata uang Indonesia berada pada level Rp 14.965 per dollar AS. Melemah sekitar 23 poin atau 0,15 persen.

Pihak Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan. Pergerakan nilai tukar rupiah tersebut cenderung melemah. Hal itu di dorong oleh penguatan dollar AS terhadap mata uang utama di tengah sentiment risk off di pasar keuangan global.

“Ini sejalan dengan kekhawatiran resesi ekonomi AS,” ujarnya.

Selain itu, Josua menyebutkan, inflasi Indonesia yang mencapai 4,35 persen pada Juni kemarin turut menekan pergerakan rupiah.

Pasalnya, kenaikan inflasi domestik tersebut mendorong ekspektasi potensi kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).

Lebih lanjut Josua bilang, investor juga akan mencermati rilis data ekonomi AS seperti factory order, durable goods order, notulensi rapat FOMC Juni dan data tenga kerja AS bulan Juni yang akan dirilis pada pekan depan.

“Kurs rupiah terhadap dollar AS diperkirakan akan berada pada rentang Rp 14.850 hingga Rp 14.950,” ucap dia.

Pengamat pasar uang Ariston Tjendra menjelaskan, penguatan dolar karena sentimen resesi dan kenaikan suku bunga acuan AS. Lebih lanjut, Ariston menjelaskan, yield obligasi AS mengalami penurunan. Hal itu menunjukkan jika pelaku pasar tengah mengamankan aset mereka.

“Yield obligasi AS tenor 10 tahun sudah bergerak di bawah 3% yaitu di kisaran 2,88%. Isu resesi menjadi penyebab beralihnya investasi pelaku pasar keuangan ke obligasi AS. Harga aset berisiko termasuk rupiah pun dalam tekanan. Di tengah kebijakan pengetatan moneter bank sentral dunia ditambah inflasi yang tinggi, pelaku pasar memandang risiko resesi meningkat,” terangnya.

Dia menuturkan, pelaku pasar juga mengantisipasi potensi kenaikan suku bunga acuan AS yang agresif. Apalagi Federal Reserve sudah sering memberikan sinyal mendorong suku bunga demi meredam inflasi di negaranya.

Tinggalkan Balasan