Meski demikian, dari sisi geopolitik atau situasi kawasan, kata Riza, kunjungan Presiden Jokowi tidak akan terlalu tampak karena permasalahan tanggung jawabnya lebih banyak di negara-negara besar.
Menurut dia, secara geografis terhadap Asia Tenggara atau Asia pada umumnya tidak terlalu tampak pengaruhnya, kecuali jika perang berlanjut dengan menggunakan persenjataan nuklir.
“Itu efek beratnya mungkin bisa memicu perang dunia ketiga. Akan tetapi, proyeksi saya itu agak jauh karena ini lebih banyak dibatasi dampaknya agar secara geografis tidak sampai meluas ke kawasan-kawasan lain,” kata dia.
Riza mengungkapkan bagaimanapun kunjungan Presiden Jokowi memperlihatkan bahwa sinyal politik luar negeri Indonesia tetap menginginkan stabilitas di kawasan internasional.
Ia mengatakan bahwa politik luar negeri Indonesia tetap menginginkan perdamaian sebagai tujuan utamanya.
Sejumlah negara besar, menurut dia, selama ini telah berusaha menengahi konflik dua negara itu. Akan tetapi, belum tampak hasilnya.
Dikatakan pula bahwa Jokowi disebut sebagai juru damai yang tulus dan juru damai yang tidak memiliki kepentingan selain berharap agar mereka yang berkonflik segera berdamai.
Posisi itu, menurut dia, berbeda dengan negara-negara besar dan negara-negara yang memiliki nuklir yang tergabung dalam aliansi militer yang syarat kepentingan.
“Turki pernah, Israel pernah, Prancis pernah tetapi mereka tidak genuine (tulus). Jadi, mereka memihak. Oleh karena itu, dipandang dari sisi Rusia mereka dianggap tidak netral. Kita dalam posisi yang netral dan sejak awal kita memiliki konsistensi sikap yang seperti itu,” ujarnya.
Riza mengakui kunjungan memang tidak bisa menghadirkan perdamaian dengan segera, tetapi setidaknya mampu menurunkan tensi ketegangan.
Agenda paling penting lainnya dari kunjungan Presiden Jokowi adalah memitigasi dampak terhadap pemulihan ekonomi.
Mengenai mitigasi itu, Riza optimistis bisa tercapai karena sudah ada beberapa inisiatif, misalnya akan dibukanya koridor untuk suplai pangan.
Koridor suplai pangan yang terkait dengan rantai pasok pangan ini, menurut dia, sangat penting karena Ukraina selama ini kehilangan akses ekspor.
“Hal ini saya kira yang mengganggu sektor pangan di dunia. Kalau nanti disepakati paling tidak ada pernyataan awal dari kedua belah pihak menggagas koridor terkait rantai pasok pangan, dan saya kira itu capaian yang besar dari Pak Jokowi. Kita tunggu juga yang menyangkut energi,” ujarnya. (Fin-red)