Jabarekspres.com, Bogor – Aksi heroik sejumlah remaja wanita yang terlibat aksi bullying atau perundungan hingga penganiyaan di Kota Bogor beberapa waktu lalu menjadi perhatian para netizen. Tak terkecuali wakil rakyat.
Salah satunya, Anggota Komisi IV DPRD Kota Bogor Devie Prihartini Sultani (DPS). Ia merasa prihatin atas kejadian yang melibatkan perselisihan anak di bawah umur tersebut. Terlebih, kejadian itu terjadi di pusat jantung kota, tepatnya di sekitar Lapangan Sempur, Kota Bogor.
“Saya miris sekali dengan kejadian perundungan yang terjadi di Kota Bogor, terjadinya pun di siang hari, di dekat Istana Bogor pula, dan pelakunya diketahui adalah remaja perempuan,” ungkap Devie, saat dijumpai di ruang kerjanya, Kamis (30/6).
Menurutnya, hal itu mencoreng citra Kota Bogor yang berambisi menjadi kota ramah anak. Bahkan, kata dia, peristiwa itu kerap kali terjadi berulang kali.
Hal itu membuat dirinya bingung dengan implementasi atas predikat kota ramah anak di Kota Bogor ini.
Ia juga mempertanyakan mengapa kawasan taman yang selalu dijadikan ajang untuk melakukan kegiatan negatif tersebut.
“Hal ini menjadi pertanyaan saya apakah mereka lebih nyaman melakukan hal-hal seperti ini di Kota Bogor? Banyak taman-taman yang dibuat dengan harapan menjadi tempat kegiatan positif bagi warga masyarakat Kota Bogor, khususnya anak-anak sampai remaja bahkan dewasa. Namun ternyata sering kali taman-taman ini malah menjadi tempat kegiatan yang negatif,” bebernya.
DPS sapaan akrabnya menegaskan, kejadian ini harus mendapatkan perhatian serius dari Wali Kota Bogor Bima Arya dan jajarannya untuk lebih peka dan antisipasi terhadap aksi perundungan maupun tawuran.
Dia menimbang, hal tersebut tidak hanya menjadi tugas pemerintah, namun menjadi tanggung jawab bersama baik orang tua maupun guru pendidik.
Ilmu yang didapat di sekolah, sambungnya, sebaiknya diimbangi juga dengan akhlak perilaku, sehingga bukan hanya ilmu-ilmu teori.
“Kita juga punya program sekolah ibu yang bertujuan untuk menjadikan keluarga lebih baik, meningkatkan ketahanan keluarga dan lain-lain, jadi ibu-ibu di Kota Bogor pun disekolahkan tidak hanya anak-anaknya saja. Namun rasanya dengan kejadian hal seperti ini yang berulang-ulang saya rasa belum dirasakan hasilnya ya. Implementasinya masih minim dengan predikat kota ramah anak,” tandasnya.*** (YUD)