Utang Garuda Membengkak karena Terlalu Banyak Beli Pesawat?

JAKARTA – Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara menilai, ada kaitan antara penetapan tersangka Emirsyah Satar dan meningkatnya beban utang Garuda saat ini. Akar masalah Garuda adalah ekspansi pembelian pesawat baru yang tidak terukur.

”Jadi, saat Pak Emir menjabat, memang ada semacam pertanyaan tentang kemampuan Garuda dalam mengisi kursi-kursi penerbangan yang belum optimal. Apalagi dengan kedatangan pesawat baru kapasitas besar,” jelas Bima saat dihubungi Jawa Pos tadi malam.

Saat itu maskapai pelat merah tersebut juga membuka rute penerbangan Jakarta–London. Ditambah, promosi besar-besaran dengan menggandeng klub sepak bola Inggris, Liverpol FC.

Artinya, keputusan bisnis yang agresif itu tidak feasible (layak) secara hitung-hitungan di atas kertas. Berdasar laporan dari Serious Fraud Office Inggris, dalam pengadaan pesawat Bombardier CRJ-1000 NG l terkonfirmasi ada masalah suap.

”Andaikan pembelian pesawat secara jor-joran saat Pak Emir menjabat bisa distop, utang Garuda tidak akan bengkak sampai Rp 142 triliun,” jelas lulusan University of Bradford, Inggris, tersebut.

Dari kasus ini, Bhima menekankan perlunya bersih-bersih BUMN, bahkan terkait dengan keputusan direksi sebelumnya. (jawapos-red)

Tinggalkan Balasan