Lahan yang bisa dikelola sebagai wilayah agraris, paparnya, masih cukup luas. Meski begitu sistem tanam hidroponik masih tetap dikembangkan, khususnya bagi warga yang berkeinginan bercocok taman di lingkungan rumah masing-masing.
“Dari 13 RW, sudah 8 rw yang punya Buruan SAE. Sayuran relatif sama, kaya pakcoy, cabe, dan bebarapa jenis lain. Ada ternak ikan juga, rata-rata ikan lele semua, itu sepenuhnya dikelola oleh warga” kata dia.
“Biasanya itu ibu-ibu PKK. Mereka punya jadwal pemeliharaan, ada yang menyiyangi. Mungkin kalau butuh bantuan beratnya kita punya tim yang siap membantu.” imbuhnya.
Menurut Budi, sampai saat ini, pelaksanaan Buruan SAE sudah berjalan dengan efektif, bahkan kini warga telah mampu mengelola kebun sayuran mereka sendiri. Pengurus kewilayahan pun hanya perlu menggelar pelatihan-pelatihan untuk mengembangkan pamahaman warga.
Pelatihan akan langsung dipimpin oleh petugas dari Dinas Pertanian, dengan konsep pelatihan training of trainers. “Tugas kita memberi pelatihannya pemahamannya, dan memberikan bantuan sarananya, siapkan potnya, pupuknya, bibitnya,” bebernya.
“Nanti ditularkan ke RW-nya masing-masing, agar kegiatan ini terus berkembang dan menjangkau lebih banyak wilayah,” tandas Budi.
(Arv)