Rocky Gerung Sebut 3 Syarat Calon Presiden 2024

Jabarekspres.com – Tiga syarat calon presiden pada 2024 mendatang disebutkan oleh pengamat politik Rocky Gerung.

Menurutnya, tiga syarat calon presiden 2024 itu yakni etikabilitas, intelektualitas, dan elektabilitas.

Figur yang digadang-gadang maju dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 harus memenuhi tiga syarat calon presiden tersebut.

“Kalau kita lihat ke belakang, selama periode Pak Jokowi, ada dua problem yang tidak bisa diatasi, kekurangan intelektualitas dan kekurangan etikabilitas,” jelas Rocky Gerung saat berbincang dengan Hazairin Sitepu.

Rocky mengatakan korupsi dasarnya adalah etikabilitas. Karena itu, perlu ada parameter untuk calon pemimpin bangsa di masa yang akan datang.

Dia menyebut pemimpin itu harus complied, harus fit and propper, dan harus lolos uji.

“Nah, ujian pertama harus lolos etikabilitas. Yang kedua intelektualitas. Barulah yang ketiga, uji elektabilitas. Jadi, elektabilitas seseorang itu diukur pada etikabilitas dan intelektualitasnya. Kalau sekadar elektabilitas, di lembaga survei, nama seseorang bisa saja tiba-tiba naik,” jelas Rocky.

Ia menanggapi banyaknya baliho kandidat calon presiden 2024 yang bertebaran di mana-mana.

“Saya lihat poster, baliho setinggi Monas, wajah seseorang yang jadi capres. Tapi saya tidak tahu otaknya di mana. Karena wajahnya saja yang ditampilkan. Nuraninya di mana, juga kita tidak tahu,” katanya.

Rocky menyarankan agar para kandidat calon presiden 2024 itu diuji di kampus dan talk show di ruang redaksi.

“Gini saja gampangnya. Ada Erick Tohir, Ganjar, AHY, Anies Baswedan, coba diundang ke sini dan bicara tanpa sensor. Pers punya kemampuan mendalami dan mengulik bahkan lapisan intelek paling dalam dari mereka. Berapa orang sih yang lulus?” ujarnya.

Rocky tak ingin kelayakan seorang capres hanya diukur berdasarkan elektabilitas. Sebab, yang paling penting adalah etika dan isi otaknya.

“Kampanye pertama dari seorang presiden atau calon presiden itu di kampus dan di ruang redaksi. Karena di situ diuji gagasannya, wawasannya. Kalau kampanye di panggung dangdut, ya, tidak ada percakapan begini. Harus ada panggung akademis untuk menguji seseorang. Joget-joget di Tik Tok? Otaknya ikut joget gak?” pungkasnya. (pojoksatu)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan