CICALENGKA – Seorang pemuda ditemukan gantung diri di wilayah Desa Panenjoan, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung.
Melalui informasi yang dihimpun Jabar Ekspres, peristiwa pemuda gantung diri tersebut ditemukan oleh warga RT01 RW05, Kampung Kebon Kalapa, Desa Panenjoan pada Rabu (25/5).
Ketua RT 01 Agus Solihin mengatakan, mayat pemuda ditemukan pukul 17.00 WIB. “Saya lagi kumpul bareng tetangga, masih di daerah sini (RT01). Lagi kumpul nongkrong di depan, kemudian ibu korban minta tolong,” kata Agus kepada Jabar Ekspres di lokasi.
Mendengar laporan sang ibu korban yang bernama Ina (49), Agus mengaku, langsung telepon pihak Kepolisian Sektor (Polsek) Cicalengka.
“Saya langsung telepon Polsek dan dikasih arahan supaya tempat ditemukannya korban dikosongkan, jangan ada yang melihat-lihat apalagi mendekat,” ujarnya.
“Dari situ saya minta bantuan warga untuk mengamankan TKP (Tempat Kejadian Perkara,” tambahnya.
Agus menerangkan, korban berinisial MAF (28), warga RT01 RW05, Kampung Kebon Kalapa, Desa Panenjoan itu ditemukan mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri.
Adapun kronologis ditemukannya korban yang kondisinya sudah tak bernyawa dengan cara gantung diri itu, ketika Ina merasa ada kejanggalan karena MAF tak kunjung keluar kamar setelah dibuatkan pasakan.
“Kata ibu korban, anaknya itu awalnya disuruh makan, cuman gak keluar-keluar kamar jadi makanannya disimpan di atas meja,” ucap Agus.
Dia melanjutkan, kamar korban yang berada di lantai 2 itu pintunya dibiarkan tertutup dengan mengira sang anak akan mengambil makanannya secara mandiri.
“Ternyata setelah diperhatikan makanan yang disimpan dilihat enggak berkurang, jadi masih numpuk, ibu korban penasaran kenapa belum keluar kamar juga,” imbuh Agus.
“Itu juga sebelumnya diminta neneknya korban buat coba cek kamarnya, pas waktu mau dibuka pintunya terkunci, akhirnya dibuka paksa dan ditemukanlah korban sudah meninggal dunia, posisinya gantung diri,” lanjutnya.
Agus mengaku, dalam bersosialisasi di lingkungan tetangga RT01, korban tergolong warga yang kurang bermasyarakat alias lebih memilih untuk menutup diri.
“Jarang kumpul bareng tetangga, jadi sering diam di dalem rumah, orangnya memang menutup diri, paling sekali-sekali kelihatan keluar rumah,” tutup Agus. (mg5)