BANDUNG – Harapan pelajar untuk dapat bersekolah normal seperti sediakala, masih terhambat pandemi Covid-19. Meski pembelajaran tatap muka (PTM) tetap berjalan, sekian persen masih dibatasi.
Para pedagang buku di sepanjang jalan Palasari, Kota Bandung cemas atas kondisi ini. Pasalnya, mereka menaruh harapan besar terhadap kegiatan pembelajaran segera berlangsung normal kembali.
“Kita mengandalkan pelajar, biasanya kalau masuk sekolah atau kuliah (normal, red), penjualan online bakal mulai lebih berjalan, begitupula pengunjung. Sekolah libur (dibatasi), otomatis kami terdampak,” ungkap Ketua BP Buku Palasari Putindo, Ade Buana, (49), kepada wartawan Jabar Ekspres di toko bukunya, Kamis (12/5).
Mengingat, kata Ade, sebelum kemunculan pandemi saja, penjualan para pedagang buku di Palasari sudah lama menurun. Ditambah situasi seperti ini, keanjlokan tersebut kian drastis.
“Menurun drastis. Lagian sebelum pandemi saja, dulu, sekian persen sudah menurun karena internet atau sosial media. Mungkin sedikit normal lagi, saat kegiatan sekolah mulai normal. Ya, ada harapan situasi bakal normal,” jelasnya.
“Kalau untuk (penjualan) online ada juga, tetapi enggak seramai dulu. Pengunjungnya enggak ada. Sekira 40 persen penjualan kena. Namun perkembangannya kelihatan nanti kalau sudah masuk sekolah itu. Kami mengandalkan pelajar,” imbuhnya.
Sebelum pandemi, lanjut Ade, sebagian pedagang buku di Palasari pun sebetulnya sudah berjualan secara daring (dalam jaring). Namun saat ini sudah hampir semua pedagang memiliki toko di platform online.
“Pedagang (buku) merambah ke (platform) online, mayoritas sudah. Berjalan sedikit-sedikit (penjualannya), kalau banyak sih, enggak. Belum kelihatan, soalnya belum musim buku juga. Dari dulu (penjual buku online) di Palasari memang sebenarnya sudah ada,” bebernya.
“Soalnya dulu, mengandalkan pengunjung saja sudah bagus, ramai. Sekarang pengunjung enggak ada, ya, mau bagaimana?” tanyanya.
Kendati kondisi pandemi berangsur-angsur membaik, Ade mengaku bukan hanya angka penjualan saja yang masih jauh dari harapan. Beberapa pedagang bahkan sampai mengakhiri kegiatan berjual beli.
“20 persen, pedagang gulung tikar. Ada juga yang sampai menjual tokonya. Mungkin karena usia, sudah tidak bisa (adaptasi teknologi). Ada yang tutup,” ungkap pedagang buku yang sudah berjualan dari tahun 90-an tersebut. (zar/wan)