“Sekarang, sih, niatnya lagi mencari-cari kamar dulu. Mau bagaimana lagi? Orang sudah dipesen pulang-pergi. Kebagiannya tiket ini,” jelasnya.
Semenjak kemunculan Covid-19 pada tahun 2019, Arneti mengatakan bahwa tidak pernah terbesit di pikiran untuk nekat pulang kampung.
“Enggak ah, takut. Bahaya. Mending diam di rumah. Aman. Kalau sekarang, kan, sudah aman. Sudah dibolehin juga. Jadi, kita juga aman (mudik sekarang),” pungkasnya.
Memilih Mudik Sore Hari
Lain lagi dengan pemudik asal Purwakarta dengan tujuan Kediri ini, Titi Sugiharti (27) mengatakan bahwa lebih memilih jadwal pemberangkatan pada sore hari.
“Biar lebih santai saja. Apalagi ini (menunjuk sang adik) masih sering mabuk (muntah). Kalau pergi malam hari juga, gak enak, itu waktunya buat istirahat. Tidur,” ucapnya kepada Jabar Ekspres di lobby Stasiun Kiaracondong, pada Kamis (28/4) sore tadi.
Kendati demikian, drama perebutan tiket pun dirasakan pula oleh dirinya. Serupa yang dialami Arneti, ia pun mesti puas dengan hasil yang didapatkan: tiket yang tersisa.
“Alhamdulillah kebagian, walaupun harus berebut tiket. (Padahal) saya membeli tiketnya pada awal Maret, tetapi masih aja cuman dapet tiket yang tersisa. Tiket dengan harga mahal,” sesalnya sembari tersenyum.
“Enggak ada kendala (membeli tiket), cuman ya, itu, harus rebutan beli tiket. Harus tahu jadwal yang kira-kira masih kosong,” tambahnya.
Ia menambahkan, hal itu wajar terjadi lantaran antusias tinggi dari pemudik yang menyambut mudik lebaran. Mengingat tradisi tersebut sudah berhenti dua tahun lamanya karena pandemi.
“Sebelum ada kabar pandemi. Kemarin (tahun) 2020 sama 2021 sebetulnya mau mudik. Namun karena ada PPKM itu, ya sudah, kami enggak jadi,” ucapnya.
Terakhir, Titi yang pergi mudik menuju Kediri bersama ibu dan dua adiknya ini berpesan, para pemudik yang hendak pulang ke kampung halaman supaya tetap menjaga protokol kesehatan (prokes) ketika di perjalanan.
“Semoga bisa menjalankan silaturahmi mudik yang sehat. Tetap jaga kesehatan. Prokesnya tetap juga dilaksanakan,” pesannya. (zar)