“Di kombinasikan dengan masalah pendanaan, kurangnya struktur organisasi yang efisien, dan minimnya perencanaan yang efektif, oleh karena itu kita memiliki banyak atlet di Indonesia yang telah menjadi korban dari sistem yang tidak maksimal ini,” terangnya.
Sutji Ritma juga menceritakan pengalamannya ketika meraih 2 emas dan 1 perak di ajang PON XX Papua.
Menurut penuturan Sutji dalam unggahannya, Sutji mendapatkan pemberitahuan jikalau dirinya akan di dukung untuk mempersiapkan pertandingan di ajang olimpiade.
Namun ternyata setelah momentum kegembiraan dan semangat mulai mereda, dirinya dan tim tidak lagi diperhatikan.
“Pelatih saya dan saya bahkan disuruh mencari sponsor untuk kami sendiri. Saya terus berlatih enam dari seminggu, pagi hingga malam, tanpa tujuan yang jelas,” terang Sutji.
Ia juga mengungkapkan bahwa dirinya tidak dapat mengikuti SEA Games meskipun dananya berasal dari kantongnya sendiri.
“Setelah PON XX Papuan kemarin, saya langsung mempersiapkan diri untuk SEA Games, tetapi dua bulan sebelum kejuaraan ini, saya diberi tahu bahwa saya tidak diberangkatkan, meskipun saya dan pelatih saya siap untuk membayar dari kantong kami sendiri,” tulis sang atlet senam ritmik.
Meski mengecewakan, Sutjiati menyatakan bahwa cintanya kepada Indonesia dapat melampaui semua kesulitan yang di alami dan akan di hadapi ke depannya. Ia menegaskan bahwa rakyat Indonesia, khususnya para atlet, ingin selalu maju dan terus berkembang. Sutjiati pun berjanji dirinya akan bekerja keras dan memberikan yang terbaik demi Indonesia.