‘’Untuk ikan-ikan supaya kesegarannya terjaga dan lebih fresh, ” ungkapnya.
Kemudian Terkait minyak goreng curah, Tedy Rusmawan mendorong pemerintah pusat untuk memastikan ketersediaan barangnya.
Harga minyak goreng curah tidak terkendali dan juga stoknya sangat terbatas setelah minyak goreng kemasan diberikan keleluasaan harga yang disesuaikan dengan kondisi pasar.
Padahal, lanjut Tedy, pemerintah telah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng curah sebesar Rp 14.000 per liter atau Rp 15.500 per kilogran.
Akan tetapi kenyataannya di lapangan, harga minyak goreng curah cenderung mendekati harga minyak goreng kemasan.
‘’Kita ingin cek juga, kenapa minyak goreng curah ini, disimpan atau kemana,’’ ungkapnya.
Karena itulah, ia sudah meminta Komisi B untuk mengundang empat distributor minyak goreng curah yang ada di Kota Bandung. untuk memastikan stok dan mengamankan HET yang telah ditetapkan pusat.
Pemerintah di pusat pun diharapkan betul-betul bisa memastikan stok minyak goreng curah tersedia dan harga yang dikeluarkan ke distributor juga dibawah harga HET.
‘’Tapi pada kenyataannya kondisi diluar kendali harga minyak goreng curah mahal dan barangnya pun terbatas, jadi ebijakan subsidi iu seperti tidak berjalan efektif,” ucap politisi PKS itu.
Tedy Rusmawan menghimbau meminta, masyarakat juga jangan melakukan panic bulying dan berbelanjalah sesuai kebutuhhan.
“Jadi sesuaikan saja dengan kebutuhan sehari hari karena sebetulnya secara umum tidak ada perbedaan hari biasa dengan ramadan,’’ujarnya.
Secara kuantitas kita hanya sahur dan berbuka saja, tapi kenyataannya banyak masyarakat berbelanja berlebihan.
Masyarakat pun memiliki tempat alternatif untuk berbelanja kebutuhan pokok yakni di Bulog Bandung yang ada di Jalan Soekarno-Hatta. Namun memang aksesnya terbatas, bagi warga yang lokasinya cukup jauh dari Bulog.
“Sekarang ini ada layanan di Bulog yang di Soekarno-Hatta. mereka juga menjual sembako dengan harga pastinya sesuai HET.
‘’Ini bisa dijadikan alternatif, masyarakat bisa membeli tidak hanya di Pasar tradisional, tapi bisa di Bulog, ” ujarnya.(ad/red).