Jabarekspres.com – Nyeri yang muncul pada saat haid jangan dianggap remeh. Jika sakit tersebut sudah berlebihan, bisa jadi itu tanda dari penyakit endometriosis.
Tujuan pengobatan dilakukan secara lebih dini adalah untuk mengendalikan perkembangan penyakit endometriosis. Caranya yaitu dengan menurunkan kadar hormon estrogen yang memicu perkembangan penyakit dan gejalanya.
Pengendalian tersebut harus berada di kadar yang tepat sehingga menghindari efek jangka panjang akibat turunnya estrogen yang terlalu rendah. Evaluasi pengobatan dilakukan secara berkala setiap 3-6 bulan.
Ini dilakukan untuk menilai respons pengobatan. Apabila respons baik, maka terapi diteruskan dalam strategi pengobatan jangka panjang.
Dalam diskusi virtual bersama Bayer, Selasa (29/3), Staf Divisi Fertilitas Endokrinologi Reproduksi Departemen OBGYN FKUI-RSCM dr. Achmad Kemal Harzif, SpOG(K) menjelaskan, salah satu yang sering dialami oleh pasien endometriosis adalah keterlambatan diagnoisis.
Dari berbagai penelitian ditemukan bahwa rata-rata mengalami keterlambatan diagnosis selama 6-7 tahun.
Dari data penelitian pasien yang berkunjung ke RSCM, didapatkan rata-rata pasien membutuhkan waktu 6 bulan sejak timbul gejala hingga datang ke dokter.
Selain itu, pasien juga rata-rata sudah menjalani terapi di 4 fasilitas kesehatan selama 3,5 tahun sebelum akhirnya benar-benar dirujuk.
Hal ini, tentu terjadi karena berbagai faktor. Salah satunya adalah minimnya pengetahuan terkait penyakit ini. Dampaknya, penanganannya hingga saat ini belum maksimal.
Berikut ini cara mengurangi keterlambatan diagnosis endometriosis.
1. Jangan anggap remeh nyeri haid
Jangan menormalisasikan nyeri haid yang dialami. Pasien kerap tidak mengenali rasa sakitnya sendiri.
Apabila nyeri haid terasa dengan intensitas tinggi, mengganggu aktivitas, dan kadang terjadi nyeri di luar periode haid maka endometriosis perlu dicurigai.
2. Rutin check-up
Lalu kunjungi fasilitas kesehatan dan lakukan beberapa pemeriksaan. Jika benar endometriosis, pasien akan segera bisa diberikan obat-obatan yang khusus menanganinya.
3. Jangan sampai timbulkan masalah psikologis
Psikolog Rika Vira Zwagery menjelaskan, perempuan yang menderita endometriosis mengalami kecemasan, gangguan suasana hati, kehilangan kontrol diri, ketakutan, merasa tidak berdaya, pesimis, hingga depresi.
Di tengah tekanan-tekanan yang mungkin mereka rasakan, dan pada saat bersamaan mereka harus menjalani pengobatan dalam waktu yang panjang, maka mereka akan cenderung mengalami stres bahkan depresi. (jawapos)