“Karena kalau pendidikan dasar dan menengah, sekolah itu bukan hanya sekadar knowledge tranfers, tetapi juga membentuk karakter. Dan hal tersebut yang sulit,” lanjutnya.
Sementara itu, Ketua Yayasan Darul Hikam dan Darul Hikam Internasional, Sodik Mujahid mengatakan soal betapa bermanfaatnya metaverse dalam bidang pendidikan.
“Tentang digital termasuk metaverse itu sangat bermanfaat bagi dunia pendidikan,” ungkapnya kepada Jabar Ekspres seusai memberi materi dalam DHEC 2022 tentang Design Pendidikan Karakter Era Metaverse.
Kendati bermanfaat, hal tersebut bisa bekerja sebaliknya apabila tidak ada pengawasan yang dilakukan orang tua siswa. Itu, kata Sodik, bakal menjadi masalah jika tanpa kontrol.
“Bahwa ini teknologi yang bisa bermanfaat, sebaliknya jika tidak dimanfaatkan dengan baik, banyak mudhorotnya,” ujarnya.
“Kita harapkan kepada mereka (orang tua) ikut dengan serius memfasilitasi dan jangan melarang anaknya. Lebih baik melakukan pengawasan,” imbuhnya.
Adapun dalam acara tersebut yang peserta seminar berasal dari sejumlah kepala sekolah, ketua-ketua yayasan pendidikan, penggiat pendidikan, lembaga swadaya masyarat, perguruan tinggi, dosen, dan beberapa guru.
Digelar secara hybrid, menghadiri seminar secara langsung ada sekira 130 dan melalui online sekira 200 lebih peserta.
“Kalau melihat antusiame para peserta, mereka tampak menjadi lebih terbuka melihat metaverse di dunia pendidikan tersebut,” pungkasnya.
Bersamaan, Ketua Pelaksana DHEC 2022, Yulidzar mengungkapkan bahwa pihaknya siap sambut metaverse di dunia pendidikan.
“Ibu Direktur sendiri, menyamakan persepsi, siap. Beberapa tahun ke depan kami bisa mulai mengaplikasikan metaverse itu sendiri. Kendalanya itu di SDM, sedangkan teknologi sudah ada, aplikasi pendukung juga aman,” ungkapnya.
“Maka diharapkan melalui sesi ini, menjadi catatan bagi para guru supaya lebih siap untuk menyongsong metaverse ini,” lanjutnya.
Tak hanya itu, dia menambahkan, pihaknya harus melihat ancaman itu sebagai peluang bagi. Semisal, kata Yulidzar, apabila SDM dirasa belum mampu, maka harus disiapkan.
“Itu, kan, ancaman. Maka langkah kami adalah menyiapkan SDM. Serta justru harus dicari solusi terbaik untuk menanggulangi masalah tersebut,” ucapnya.
“Tantangan budaya luar pun datang (menjadi ancaman, red). Karena metaverse itu bisa dengan bebas diakses. Akhlak siswa menjadi terancam. Itu menjadi tantangan kami, bagaimana caranya supaya masalah itu bisa kami atasi. Mencari jalan terbaik. Harus cepat dan tanggap,” pungkasnya. (zar)