Transplantasi Organ Hewan ke Manusia, Akankah Jadi Solusi?

Jabarekspres.com – Di lansir dari bbc, transplantasi organ hewan dalam tubuh manusia adalah ide lama, berkisar dari implan testis simpanse hingga ginjal dan jantung pengganti yang di ambil dari kerabat primata kita.

Implan dari primata sering berakhir dengan kematian setelahnya. Sebab, sistem kekebalan tubuh kita memperlakukan transpalansi organ hewan itu layaknya infeksi dan serangan. Fokus hari ini ada pada babi, karena organ mereka berukuran pas dan kita memiliki pengalaman berabad-abad membudidayakannya.

Namun tantangan yang muncul terkait potensi penolakan hiperakut – yaitu bagaimana menjaga organ tetap merah muda, bukan hitam — tetap sama. Anda tidak bisa sekadar mampir ke peternakan, memilih babi, lalu mentransplansikan organnya.

Butuh kemajuan besar dalam rekayasa genetika untuk mengubah DNA babi, sehingga organ mereka lebih kompatibel dengan sistem kekebalan kita. Transplantasi organ hewan seperti ginjal dan jantung baru-baru ini di ambil dari “babi 10 gen” yang di rancang khusus.

Babi ini memiliki satu genetik yang di ubah untuk mencegah organ yang di sumbangkan merespons pertumbuhan hormon manusia di luar kendali. Perubahan kunci lainnya dengan menghilangkan molekul manis yang di sebut alpha-Gal, yang menempel pada permukaan sel babi yang akan bertindak layaknya lampu neon yang berkedip sebagai penanda jaringan asing.

Sayap dari sistem kekebalan manusia, yang di sebut sistem komplemen, rutin berpatroli di tubuh mencari alpha-Gal. Itulah sebabnya organ dapat di tolak dan di bunuh beberapa saat setelah di transplantasi.

Dua “lampu neon” lainnya di hilangkan secara genetik dan enam tanda genetik manusia di tambahkan. Sehingga dia menjadi seperti jaring kamuflase di atas sel babi, yang membantu menyembunyikannya dari serangan sistem kekebalan.

Babi 10-gen yang di hasilkan kemudian di kembangkan dalam kondisi steril sehingga bisa di gunakan untuk transplantasi.

Jantung manusia harus bekerja lebih keras melawan gravitasi di bandingkan jantung babi, sebab manusia berjalan dengan dua kaki. Chris Denning, yang merupakan profesor biologi sel induk di Universitas Nottingham, mengatakan. Keberhasilan mengatasi penolakan hiperakut berarti transplantasi jantung bisa di anggap “sukses”.

Tinggalkan Balasan