Meiwan juga mengatakan, sudah sejak lama para pedagang tidak lagi menjual minyak goreng curah dikarenakan adanya beberapa faktor.
Pertama, Migor curah kurang banyak diminati sehingga pedagang tidak menjual minyak goreng curah.
“Karena memang ada istilahnya semua orang tidak migor curah karena beda kualitas dengan yang kemasan,’’katanya.
Selain itu, untuk menjual migor curah biasanya pedagang mengemas sendiri dengan plastik sehingga agak merepotkan.
‘’Terus dulu sempat ada edaran tidak boleh lagi menjual minyak goreng curah tapi kan sudah dicabut. Jadi mungkin ada beberapa faktor ya,” kata Meiwan.
Selain itu ia juga mengaku, telah mendapatkan laporan dari beberapa pedagang di Pasar Tradisional bahwa keberadaan MIgor curah sedang sulit didapatkan.
“Dan memang kita akui juga beberapa migor curah yang biasanya ada di pasar sekarang memang agak terhambat. Dan memang saya sering mantau di pasar Palasari dan kata si pedagangnya juga migor curah memang lagi rada susah,” ujarnya
Sehingga, Meiwan menuturkan, guna mengsiasati terjadinya kelangkaan migor curah di masyarakat, maka Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung, melalui Disdagin akan terus berkoordinasi dengan para distributor migor curah.
Terlebih, ia khawatir, akan banyak masyarakat yang beralih menggunakan migor curah akibat harga kemasan hingga saat ini masih melambung tinggi.
Apalagi lagi lanjut Meiwan, guna mengantisipasi terjadinya penimbunan Pihaknya akan terus berkoordinasi dengan para distributor migor curah.
“Nanti kita akan tanyakan apa alasan dan kendalanya. Terus kalau masih bisa PP (Operasi Pasar) kita akan lakukan OP,’’kata Meiwan.
Dan sekarang juga minyak kemasan kan lagi mahal. Nah curiganya pasti Warga juga nanti bakal beralih ke minyak curah. Tapi enggak boleh buat Industri,” pungkasnya (mg4/red).