Bertahun-tahun Hidup di Rumah Tak Layak Huni, Iman: Seperti Anak Tiri

“Simpan doktrin kalian soal cinta tanah air. Bagi mereka yang tak punya tanah dan selalu mahal membeli air.” (Morgue Vanguard feat. Doyz – Check Your People).

MUHAMAD NIZAR, Jabar Ekspres

Iman, 35, sebetulnya memiliki tanah dan tidak kesulitan air. Namun soal doktrin barusan, rasanya, memang tetap harus kalian simpan. Begitu pula dengan jargon-jargon kemerdekaan. Bahkan sebelum sempat kalian simpan, dia bakal keburu memberi sanggahan, “Saya mah belum merdeka.”

Tanah yang dimilikinya bersama sang istri, Neng Wini, 34, di sana, sudah berdiri rumah. Dibangun pada masa awal mereka nikah, semula bangunan ini berbentuk rumah panggung. Namun sekarang untuk bisa disebut ‘rumah‘ saja, tanggung.

RUMAH: Iman (35) dan sang istri, Neng Wini (34) saat berada di bagian ruang tengah, Kampung Pamoyanan RT 03/RW 03 Desa Mekarmanik, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung. (Nizar/Jabar Ekspres).
RUMAH: Iman (35) dan sang istri, Neng Wini (34) saat berada di bagian ruang tengah, Kampung Pamoyanan RT 03/RW 03 Desa Mekarmanik, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung. (Nizar/Jabar Ekspres).

Memiliki luas 4×6 meter. Rumah yang tidak layak huni alias — katakanlah — sudah seperti gubuk ini dipaksa menampung lima kepala. Iman, Neng Weni, dan ketiga anaknya. Ruangan hanya terbagi dua: ruang tengah dan kamar tidur.

Rumah tak layak huni ini, pada bagian tengah gubuk, seluruh perabotan menumpuk di atas satu-satunya meja yang mereka punya.

Di sampingnya berdiri kokoh lemari kayu setinggi 160-an centimeter lebih. Lalu di atasnya, apabila kalian mendongak, langit-langit rumah itu seperti sedang menunggu roboh. Sebagian tidak tertolong, bocor di mana-mana.

BOCOR: Langit-langit rumah tampak renggang, kala hujan, air begitu saja masuk tak tertahankan.
BOCOR: Langit-langit rumah tampak renggang, kala hujan, air begitu saja masuk tak tertahankan.

“Kalau hujan, pasrah. Kalau mindahin perabotan satu-satu bakal repot. Jadi paling, kami cuma bisa menutupinya supaya nggak basah,” kata Iman.

Apabila itu sudah terjadi. Keluarga kecil Iman hanya bisa saling mendekap satu sama lain di atas kasur dalam ruang kamar tidur.

Mereka saling berhimpitan. Sebisa mungkin menghindari air yang masuk dari sela-sela yang bocor. Karena di sini, kamar tidur, sama payahnya. Hampir tiap sisi langit-langit bocor. Hujan berarti hujan.

Tinggalkan Balasan