AMERIKA SERIKAT – Setelah mencapai masa puncak tertinggi kasus Covid-19 varian Omicron dengan 1,5 juta kasus dalam sehari, saat ini sejumlah negara bagian di Amerika Serikat (AS) mulai landai dengan melaporkan banyak penurunan kasus.
Hal ini menjadi informasi yang cukup melegakan bagi negara lain, karena Amerika banyak dijadikan rujukan dalam hal penanganan kasus Omicron.
Salah satu negara bagian yang mengalami pernurunan kasus omicron adalah New York. Dilaporkan dari New York, sekitar 48 ribu kasus virus Korona pada Jumat (14/1). Jumlah itu turun hampir 47 persen dari sekitar 90.000 kasus yang dilaporkan seminggu sebelumnya.
Gubernur Kathy Hochul mengumumkannya pada Sabtu (15/1). Jumlah total kasus positif 47.870 hanya mewakili 14,6 persen dari 327.427 tes yang dilaporkan oleh negara bagian.
Penurunan yang signifikan dari tingkat positif 23 persen yang tercatat pada 2 Januari. Rawat inap juga tampaknya sedikit menurun, dengan 38 rawat inap lebih sedikit tercatat pada Jumat dibandingkan dengan hari sebelumnya.
Data terbaru lainnya menunjukkan bahwa lonjakan terbaru di New York yang didorong oleh varian Omicron mungkin mulai menurun dari puncaknya pada 9 Januari.
Tak hanya New York, beberapa negara bagian Timur Laut termasuk New Jersey, Massachusetts, Connecticut, dan Rhode Island mungkin menuju ke arah yang sama atau mencatat penurunan, hal ini berarti Omicron dibanyak negara bagian AS mulai landai.
Terlihat pula pada grafik kasus yang mulai turun.
“Ini gelombang musim dingin, tetapi kami belum melewati ini,” kata Gubernur Hochul dalam sebuah pernyataan.
“Tolong tetap divaksinasi, dapatkan dosis booster, berikan anak-anak kita vaksin, dan kenakan masker non-kain. Mari kita tidak membatalkan semua kerja keras yang telah kita lakukan untuk menurunkan angka tersebut,” tambahnya.
Penurunan kasus Omicron terjadi setelah Gubernur Hochul mengumumkan bahwa sembilan situs pengujian lagi akan dibuka di SUNY dan kampus community college.
Sehingga jumlah total situs pengujian yang dikelola negara menjadi 29. Para ahli telah berulang kali menegaskan pengujian yang ketat sebagai cara untuk membantu mengendalikan penyebaran virus.
Akan tetapi, akses ke pengujian tetap menjadi kendala yang signifikan, sebagian karena kekurangan pasokan dan biaya tinggi.