Aksi para tentara Zion muda pun cukup memberi penyegaran meski berulang-ulang Neo selalu disebut sebagai sosok legenda. Selain itu, cara mereka bekerja pun disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Nostalgia masa lalu
Pada dasarnya, “The Matrix Resurrections” bukanlah cerita yang benar-benar baru, tidak dapat disangkal jika ini lebih pada tambalan daripada peningkatan dari waralaba sebelumnya.
Film ini sepertinya juga tidak terlalu ambisius dalam lingkup cerita. Tidak ada adegan pertarungan yang benar-benar epik. Pertempuran terakhir Neo melawan Agen Smith dan Sang Analis pun bukan sebuah duel yang menegangkan, pertarungannya terasa terlalu koreografi.
“The Matrix Resurrections” menawarkan sesuatu yang lebih emosional dalam diri Neo dan Trinity. Membangkitkan kenangan masa lalu memang lebih menggoda dibandingkan dengan menghadapi masa kini dan yang akan datang.
Salah satu hal menarik yang dapat ditemukan dalam seri keempat ini adalah bagaimana dialog pemain mengolok-olok pihak studio Warner Bros. tentang pembuatan sekuel dari trilogi “The Matrix”. Namun hal ini justru mengundang tawa penonton, terlebih bagi yang mengikuti dari seri pertama “The Matrix” (1999).
“The Matrix Resurrections” tayang mulai 22 Desember 2021 di seluruh bioskop Indonesia. Sebelum menyaksikan seri terbaru ini, akan lebih baik untuk kembali mengulang triloginya agar tidak bingung dengan jalan cerita yang disuguhkan.