JAKARTA – Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid menilai isu tentang Islamophobia sejatinya tidak hanya membicarakan tentang agama islam saja, namun sebuah upaya menghancurkan agama dan nilai-nilai moral.
Dia mengingatkan perlunya kerjasama berbagai komponen masyarakat dalam melawan dan mengkoreksi Islamophobia (prasangka dan framing negatif, kebencian, permusuhan terhadap Islam dan muslim).
“Mengapa dibutuhkan kerjasama global? Karena sejatinya “Islamophobia” tidak hanya menerpa kepada agama Islam. Tapi, ini adalah salah satu pintu masuk upaya menghancurkan Agama dan nilai-nilai moral,” ujarnya Minggu (5/12).
Ia melanjutkan, Islamophobia seperti akan menggantikan akhlak, berkeluarga yang benar-benar sesuai dengan ajaran agama, dan religiusitas masyarakat secara umum. Untuk diganti dengan nilai agnotisisme (antiagama), ateisme (antiTuhan), hedonisme, permisivisme, perilaku menyimpang dari LGBT, yang semuanya jauh dari nilai-nilai agama, ketuhanan, etika dan kemanusiaan yang berkeadaban.
HNW (sapaan akrabnya) mengatakan, islam merupakan agama pembawa rahmat. Sementara umat Islam berusaha memegang teguh ajaran agamanya malah mendapat tuduhan yang memojokkan, seperti radikalisme.
Hidayat memberi contoh, setelah gagal menghantam dengan isu terorisme dan radikalisme, kemudian dipopulerkan gerakan “Islamophobia” menjadi gerakan trans pasca peristiwa 11 September di Amerika Serikat.
Namun, upaya itupun tak kunjung membuahkan hasil. Buktinya, umat muslim di Amerika Serikat justru berkembang, dan diterima masyarakat. Realitanya, upaya mereka ikut berkiprah membangun negara Amerika Serikat, mendapatkan dukungan yang signifikan.
“Makin banyak anggota Kongres Amerika yang beragama Islam. Ada juga beberapa walikota muslim. Bahkan, ada satu kota di Negara Bagian Michigan, Kota Hamtramck yang mayoritas penduduknya dan dewan kotanya adalah muslim. Jumlah umat Islam dan masjidnya juga meningkat pesat,” jelasnya.
Ia menambahkan, orientasi dari pengusung Islamophobia sejatinya adalah ingin menghancurkan nilai-nilai moralitas, akhlak, ketuhanan. Juga nilai kesusilaan, dan kekeluargaan yang ada di masyarakat.
“Umat Islam seharusnya tidak memposisikan bahwa masalah Islamophobia ini hanya masalah internal umat muslim saja. Namun, perlu menjalin kerja sama dengan kelompok-kelompok agama lain untuk mengukuhkan nilai religiusitas di masyarakat,”nya.
Dan menyelamatkan masa depan peradaban dan kemanusiaan. Karena tidak ada agama negatif yang negatif bahwa nilai-nilai agama yang berisi ajaran moralitas yang luhur perlu diframing, apalagi dihilangkan dari masyarakat.