Terpisah, Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Tasikmalaya dr H Rustam Sadeli menyebutkan penularan HIV/AIDS memang identik dengan perilaku buruk.
Khususnya yang berkaitan hubungan badan baik homoseksual, heteroseksual atau biseksual. “Memang hubungan suami istri atau faktor keturunan juga ada, tapi mayoritas karena perilaku buruk hubungan seksual,” ucapnya.
Banyaknya penularan karena hubungan homoseksual, kata dia, memang bukan hanya di Kota Tasikmalaya saja. Hal itu berlaku di seluruh nusantara bahkan di dunia.
“Karena memang sejarahnya juga HIV/AIDS ini ditemukan pertama kali pada kaum gay di Amerika,” ujarnya. Ketika seorang pria sudah mengidap HIV/AIDS, dia pun bisa menularkan kepada istrinya. Ketika punya anak, risiko penularan pun masih bisa terjadi. “Makanya kita harus menghindari perilaku buruk khususnya seks bebas baik heteroseksual apalagi homoseksual,” ucapnya.
Kendati demikian, bukan berarti pengidap HIV/AIDS harus dijauhi apalagi dikucilkan. Perlu dipahami bahwa sentuhan kulit, keringat bahkan minum di satu gelas pun tidak berpotensi menularkan.
“Tidak perlu takut tertular selama kita tidak berhubungan badan dengan dia,” ucapnya. Justru, stigma HIV/AIDS yang seolah menjadi aib harus mulai dikikis. Supaya potensi pendeteksian bisa lebih besar dan ditangani supaya bisa menekan penularannya.
“Karena urusan HIV/AIDS ini perlu peran semua pihak supaya pencegahan, penanganan dan mitigasi bisa dilakukan secara optimal,” katanya.(rga)