GARUT – Sebanyak 72.763 warga Kabupaten Garut mengikuti Program Kartu Prakerja. Umur penerima terbanyak ada di rentang 26 hingga 35 tahun, dengan persentase sebanyak 39 persen.
Menyusul di rentang 18 hingga 25 tahun sebanyak 34 persen; 36 hingga 45 tahun 15 persen; 46 hingga 55 tahun 8 persen; dan di atas 55 tahun sebanyak 4 persen.
Dari total pendaftar Program Kartu Prakerja sebanyak 262.801 orang, Kabupaten Garut menjadi Kota/Kabupaten ke-7 penerima terbanyak Kartu Prakerja di Provinsi Jawa Barat dan Ke-16 di Pulau Jawa.
Data tersebut diungkapkan dalam acara temu Alumni Kartu Prakerja yang dilaksanakan di Kampung Sumber Alam, Garut, Jumat (26/11).
Sedangkan untuk skala Provinsi, Jawa Barat Program Kartu Prakerja, Provinsi Jawa Barat merupakan jumlah penerima Program Kartu Prakerja terbanyak secara nasional.
Total penerima dari gelombang satu hingga 22 di Jawa Barat ada 1.494.509 orang. Angka tersebut disaring dari sebanyak 5.239.146 orang pendaftar.
Menanggapi hal itu Bupati Garut Rudi Gunawan mengaku sangat mengapresiasi adanya program Kartu Prakerja yang diluncurkan pemerintah pusat.
‘’ini luar biasa, program Prakerja mantap di Garut,” ujarnya.
Rudi mengaku, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto berpesan agar Program Kartu Prakerja dan program-program pemerintah pusat bisa dimanfaatkan untuk warga Garut.
Selain itu, keberadaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) harus dioptimalkan penyalurannya kepada warga. Hal ini dilakukan meningkatkan ekonomi di Garut. Khususnya bagi para pelaku UMKM.
Sementara itu, Nenden Farida Ukus, 42, salah satu penerima program Kartu Prakerja di Kabupaten Garut berharap, program Kartu Prakerja bisa terus dilanjutkan.
Menurutnya, program Kartu Prakerja dapat membantu masyarakat yang sulit mendapatkan lapangan pekerjaan kerena pemutusan hubungan kerja (PHK).
Nenden mengaku, mengikuti program Prakerja gelombang 22. Dengan mengikuti program itu, menimbulkan rasa percaya diri setelah usahanya gulung tikar akibat pandemi.
Sebelumnya Nenden membuka usaha toko kelontong, namun karena situasi pandemi dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), membuat tokonya sepi, sehingga ia harus mengalihkan bisnisnya dengan berjualan secara daring.
Berbekal latar belakang pendidikan tata boga dan pelatihan mengolah makanan sehat bagi juru masak dan insentif yang ia dapat dari Prakerja, Nenden pun berani mencoba untuk berjualan bolu dan kolak.