JAKARTA – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memberikan pendampingan kepada pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) jamu dan kosmetik untuk menjaga dan meningkatkan kualitas produk agar tetap berdaya saing di tengah pandemi Covid-19.
“Kita memahami bahwa pandemi Covid-19 memberikan dampak ke berbagai aspek sektor ekonomi terutama UMKM. Namun di satu sisi juga ada permintaan yang tinggi akan produk-produk kesehatan, antara lain produk herbal, obat tradisional, dan kosmetik,” ujar Kepala BPOM Penny K Lukito dalam seminar Pendampingan UMKM Jamu dan Kosmetik yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu (17/11).
Ia menambahkan bahwa jumlah UMKM jamu dan kosmetik yang melakukan registrasi ke Badan POM juga terus meningkat.
“Mungkin kenaikan dari registrasi ini menunjukkan semakin banyaknya pelaku usaha yang berpindah dari sektor lain ke sektor obat tradisional, kosmetik,” katanya.
Di samping itu, lanjut dia, meningkatnya registrasi itu juga seiring dengan permintaan masyarakat terhadap produk lokal.
“Kemungkinan semakin banyak orang yang menyadari untuk hanya membeli produk-produk yang teregistrasi di Badan POM karena terjamin, dikaitkan dengan aspek keamanan mutu dan manfaat dari produknya,” tuturnya.
Penny menegaskan, Badan POM berkomitmen akan terus melakukan pendampingan kepada pelaku usaha, terutama UMKM sehingga memiliki daya saing, baik di dalam negeri maupun internasional.
Ia berharap pandemi Covid-19 terus mengalami perbaikan sehingga dunia pariwisata kembali bergerak dan mendorong UMKM kembali bangkit.
“Kita bersyukur sekarang ini situasi penanggulangan pandemi Covid-19 sudah membaik di Indonesia. Saya kira untuk mempersiapkan diri, salah satunya adalah produk-produk tradisional, seperti jamu dan kosmetik lokal yang berdaya saing, unik, berbasiskan natural,” imbuhnya.
Ia mengatakan, tren masyarakat untuk kembali ke alam (back to nature) menjadi peluang bagi produk kosmetik dan obat tradisional untuk berkembang, bahkan merambah pasar ekspor.
“Indonesia memiliki keanekaragaman hayati. Bahan-bahan alamnya bisa diolah menjadi produk jamu, obat herbal dan juga kosmetik. Dan ini adalah apa yang kita sebut dengan wellness tourism,” pungkasnya. (Antara)