JAKARTA – Pemerintah Indonesia berkomitmen akan mempererat kerjasama bilateral di bidang perdagangan dengan Malaysia.
Hal ini dikatakan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi Airlangga Hartarto ketika menerima kunjungan Menteri Perusahaan Perladangan dan Komoditi Malaysia Zuraida Binti Kamaruddin di Jakarta belum lama ini.
Menurut Airlangga, pertemuan tersebut diadakan dalam rangka membahas mengenai penguatan kerjasama bilateral kedua negara, khususnya berdiskusi terkait kebijakan kelapa sawit.
‘’Bagi Indonesia, Malaysia merupakan salah satu mitra ekonomi utama dalam hal investasi dan perdagangan,’’ujar Airlangga dalam keterangannya, Rabu, (28/10)
Dia menyebutkan, selama semester I tahun 2021, Penanaman Modal Asing (PMA) yang berasal dari Malaysia mencapai US$ 706,8 juta dan tersebar di 1.324 proyek.
Dari sisi perdagangan barang, volume perdagangan bilateral antar negara telah mencapai US$15,03 juta pada tahun 2020 dan US$13,43 juta selama Januari hingga Oktober 2021.
‘’Hal tersebut menunjukkan intensnya hubungan bilateral kedua negara,’’ucapnya.
Berdasarkan hasil serah terima jabatan ketua pada Pertemuan Tingkat Menteri ke-8 Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) yang diselenggarakan pada 26 Februari 2021 secara virtual, Indonesia saat ini ditunjuk menjadi Ketua CPOPC pada 2021.
Hal penting yang ditekankan adalah negara anggota CPOPC mengintensifkan upaya untuk memastikan harga minyak sawit berkelanjutan.
‘’Kami menggarisbawahi tren positif atas pertumbuhan permintaan minyak sawit dan tren kenaikan minyak sawit secara umum,” jelas Airlangga.
Airlangga mengatakan, negara produsen harus mengantisipasi kemungkinan terjadinya siklus harga minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) melalui peningkatan konsumsi domestik sebagai alat manajemen permintaan.
Pengelolaan harga minyak sawit berkelanjutan dapat dicapai dengan melaksanakan program mandat B30 di Indonesia dan B20 di Malaysia.
‘’Strategi ini penting untuk menyeimbangkan pasokan dengan permintaan, yang akan menjaga harga CPO global,’’ujar Airlangga.
Menanggapi maraknya kampanye negatif terhadap produk kelapa sawit, sebagai negara penghasil kelapa sawit, Indonesia-Malaysia perlu melakukan kampanye positif terhadap kelapa sawit secara efektif, efisien dan tepat sasaran.
Indonesia mengapresiasi kemajuan program Countering Anti Palm Oil Campaign yang dilakukan CPOPC berdasarkan persetujuan negara anggota (Indonesia-Malaysia).
Program-program ini termasuk kampanye advokasi di Uni Eropa, kampanye media sosial di negara-negara anggota, serta strategi komunikasi dan promosi di negara-negara konsumen minyak sawit.