BOGOR – Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Bogor, Jawa Barat, Yuno Abeta menyebutkan pelonggaran kegiatan ekonomi pada Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dalam satu bulan terakhir membuat keanggotaan organisasinya naik drastis.
“Drastis, karena mereka mau ngak mau daftar PHRI untuk dapat aplikasi Pedulilindungi, terbarunya segitu, anugerah dibalik musibah, tertib berorganisasi,” katanya saat dihubungi Antara dari Bogor, Minggu, (24/10).
Menurut Yuno, perjalanan kebijakan PPKM mulai dari Darurat pada Bulan Juli dan Agustus 2021, hingga PPKM berlevel 1,2,3 dan 4 memberikan banyak pelajaran bagi pengusaha hotel.
Kegiatan bisnis yang begitu terpukul dengan tidak bisa menerima kunjungan secara total membuat biaya operasional membengkak. Termasuk harus merumahkan karyawan, membuat pengusaha hotel memerhatikan adaptasi aturan yang diberikan pemerintah.
Dari 110 hotel yang ada di Kota Bogor, hingga pekan pertama bulan Oktober terdapat 59 hotel yang menjadi anggota PHRI.
Kemudian, pada pekan ketiga bulan Oktober telah terdapat 70 hotel atau mendapat penambahan 11 hotel yang bergabung dengan PHRI.
Penambahan, kata dia, karena pelonggaran kegiatan ekonomi pada PPKM level 2 membawa kunjungan hotel naik. Bahkan mencapai 85 persen ke atas dari batas kapasitas kunjungan yang ditetapkan pemerintah sebanyak 75 persen.
Pengusaha giat meminta akses mengunduh QR barcode aplikasi Pedulilindungi sebagai syarat penurunan level PPKM Kota Bogor ke level 1.
Dikatakannya, sebenarnya dengan pelonggaran PPKM level 2 ini hotel di Kota Bogor tidak diwajibkan menggunakan aplikasi tersebut. Namun, tetap harus menerapkan protokol kesehatan umum seperti pemakaian masker, cuci tangan atau hand sanitizer, dan cek suhu.
Selain itu, memerhatikan poin-poin jaminan kebersihan (cleanliness), kesehatan (health), keamanan (safety), dan keberlangsungan lingkungan (environmental sustainability) dalam sertifikat CHSE.
Namun, antusias para pengusaha hotel merupakan semangat kolektif untuk tidak membuat Bogor mengalami lonjakan kasus penyebaran COVID-19.
“Karena kalau ada lonjakan, bisnis yang paling terancam lagi ya hotel sepi kunjungan, sepi tamu,” ujarnya. (antara)