Polemik #ReneOut,: Persib Punya Ukuran Kuantitatif Tegas

BANDUNG – Polemik petisi Bobotoh Persib Bandung yang meminta pelatih Robert Rene Alberts dipecat karena belum menunjukan hasil memuaskan, jadi sorotan. Bahkan, hasil lima pertandingan pasca petisi dilayangkan, disebut jadi pertimbangan layak tidaknya Rene diberhentikan.

Anggota DPR RI dari Fraksi NasDem, Muhammad Farhan menilai, petisi tersebut harus menjadi dinamika demokrasi antara Bobotoh dengan manajeman ke arah yang lebih baik. Bahkan, adanya sikap dari manajeman memberi batasan tertentu untuk mengevaluasi pelatih, harus menjadi motivasi bagi Bobotoh dan pemain.

“Manajemen Persib selalu punya ukuran kuantitatif yang tegas. Pada saat bersamaan saya percaya bahwa penggantian pelatih bukan solusi terbaik. Polemik petisi #reneout adalah hak kebebasan berekspresi bobotoh yang patut dihargai,” ujar Farhan dalam keterangan persnya, Jumat 22 Oktober 2021.

Farhan menilai, Persib bisa juara liga 2014 dan piala Presiden 2015, karena secara konsisten pelatih Jajang Nurjaman dipertahankan dan diperkuat sejak musim 2012 – 2013. Maka, lanjut Farhan, manajemen Persib harus menjaga konsistensi Rene dan memberikan penguatan.

“Persib perlu menang dan juara, hanya itu yang ada di benak dan hati semua Bobotoh. Kemampuan dan keahlian manajerial dan sport science semua sudah lengkap dimiliki oleh Persib,” katanya.

“Kita sebagai supporter tidak memiliki kemampuan yang selengkap tim Persib. Tapi hati (Bobotoh) 100 persen untuk Persib. Maka hasil yang ditunggu harus juara,” tambahnya.

Farhan mengimbau Bobotoh agar terus menciptakan kondisi suporting sistem bagi manajeman dan pemain untuk mengubah keadaan. Dari pertandingan terakhir, Persib Bandung menang 2-0 usai mengalahkan Bhayangkara FC. “Maka harus menjadi pecut bagi tim Persib untuk membuktikan yang terbaik. Polemik #reneout ini juga, harus dijaga kemurniannya sebagai suara bobotoh,” katanya.

“Kita jaga bersama dari penunggangan kepentingan yang ada diluar Persib sebagai klub sepakbola kebanggaan kita semua. Supporter dan klub tidak mungkin lepas, ada keterkaitan yang tidak terpisahkan. Maka proses pendewasan harus berjalan di kedua belah pihak, baik klub nya maupun supporternya,” tegasnya.

Klub, lanjut Farhan, agar lebih terbuka terhadap suporter. “Dan supporter harus bisa memberikan  dukungan terukur yang justru akan meningkatkan prestasi klub. Jangan membabi buta terhadap satu sama lain. Malah bisa saling merugikan,” terangnya. (**

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan