Dampak Covid-19, Pemilik Kosan di Jatinangor Ini Sampai Banting Harga

SUMEDANG – Perkuliahan secara tatap muka semakin terlihat titik terangnya. Hal itu dikarenakan penurunan angka terpapar Covid-19 semakin hari kian terjadi.

Seperti wilayah Jawa Barat, beberapa daerah yang semula berada di level empat untuk Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) kini menjadi level tiga.

Kabupaten Sumedang termasuk menjadi daerah yang mengalami penurunan level PPKM. Akibatnya pelonggaran aturan tersebut jadi angin segar baik di sektor ekonomi, kesehatan hingga pendidikan.

Meskipun sebagian pendidikan masih dalam tahap uji coba, beberapa daerah termasuk Sumedang saat ini tingat SD sampai SMA secara bertahap mulai melakukan Pembelajaran Tatap Muka (PTM).

Karenanya, aktivitas perkuliahan secara tatap muka pun tengah direncanakan dan jika kondisi memungkinkan akan siap dilakukan dalam waktu dekat.

Terkait hal tersebut, kos-kosan menjadi tempat tinggal sebagian besar bagi para mahasiswa luar daerah Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang.

Salah Seorang Pemilik Kosan di Jatinangor, Yayay Supangat mengatakan, kabar mengenai kembalinya perkuliahan secara tatap muka menjadi kabar gembira.

“Alhamdulillah kalau sampai kampus aktif lagi. Mahasiswa banyak lagi yang ngekos,” kata Yayat kepada Jabar Ekspres di kediamannya, Jumat (17/9).

Dia berujar, pandemi Covid-19 terasa dampaknya bagi usaha dalam bidang jasa penginapan.

“Sangat terasa dampaknya. Bisa dilihat karena kampus kuliahnya online, mahasiswa pulang kampung, kos-kosan otomatis sepi,” pungkas Yayat.

Kendati demikian, Yayat tidak memungkiri, sampai sekarang masih ada yang bertahan menggunakan jasa penginapannya.

“Alhamdulillah kalau yang menginap di kosan saya masih ada, walaupun gak sampai setengahnya, saya syukuri,” imbuh Yayat.

Mengingat kondisi saat ini cukup sulit, Yayat menjelaskan, bagi para penginap kos-kosan yang dia kelola, diberikan potongan harga.

“Per tahun Rp6,5 juta, karena kondisi sekarang saya kasih potongan harga jadi Rp4,5 juta. Dikurangi Rp2 juta karena supaya mereka tetap menginap di kosan saya,” ucapnya.

Dalam pemaparannya, Yayat menuturkan, walaupun penginapannya sepi pengunjung, dia tak pernah membiarkan kamar-kamar kosan kotor.

“Perawatan terus dilakukan, kalau bersih-bersih udah pasti tiap hari. Kalau perawatan total setahun sekali, supaya kamar tetap bagus dan nyaman kalau tiba-tiba ada yang mau menginap,” ujar Yayat.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan