Melalui pemanfaatan teknologi, kotoran hewan yang biasa dibuang ke selokan atau sungai dilakukan pengolahan agar bermanfaat, memberikan nilai tambah usaha peternakan dan meningatkan pendapatan peternak yang akan menggerakan kewirausahaan bidang agrikultur yang berkelanjutan di Jawa Barat.
“Salah satu kelompok yang telah berhasil melakukan pengolahan kotoran hewan menjadi pupuk organik dan telah memiliki pasar adalah Kelompok Taruna Mukti di Kabupaten Bandung yang telah memiliki Sertifikat Organik dan telah melakukan kerjasama pemasaran secara kontinyu dengan Lembaga Sosial Pemerhati Lingkungan Hidup dan Kelestarian Alam “Leuwikeris Hejo” yang membutuhkan 3.500 ton pupuk organik pertahun,”kata Jafar.
Pengolahan pupuk organik tersebut direplikasi oleh para petermak anggota KPBS Pangalengan dan Koperasi Peternakan Susu Bandung Utara (KPSBU) Lembang. KPBS pun bekerja sama dengan Taruna Mukti untuk memenuhi kebutuhan pupuk organik Leuwikeris Hejo.
“Melalui Launching Pemasaran Perdana Pupuk Organik KPBS Pangalengan ke Leuwikeris Hejo diharapkan dapat memotivasi para peternak untuk melakukan usaha pengolahan pupuk organik dan membuka peluang pasar bagi stake holder lainnya untuk dapat menyerap produksi pupuk organik limbah peternakan,”tuturnya.
Selain itu, kepada para memegang kebijakan baik di pusat maupun di daerah kiranya perlu ada terobosan inovasi pengolahan kohe menjadi biogas, pupuk cair dan padat untuk meningkatkan pendapatan peternak. Dengan demikian, tingkat pencemaran di DAS Citarum dapat terus berkurang, sehingga diharapkan dalam tiga tahun ke depan bebas dari pencemaran limbah peternakan. (nol)