Hubungan Suami-Istri Menurut Al Qur`an

Drs.H.Karsidi Diningrat, M.Ag

ALLAH subhanahu wa ta’ala telah berfirman, “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran)-Nya bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar-Rum, 30:21).

Satu hal pokok yang perlu mendapat penekanan ialah bahwa istri – atau suami – merupakan salah satu sisi kehidupan manusia, dan bahkan merupakan orang yang paling dekat dengannya. Sesungguhnya kebahagiaan rumah tangga adalah sisi kebahagiaan terpenting dalam kehidupan manusia.

Oleh karena itu, prinsip-prinsip dan nasihat-nasihat sama-sama ditujukan kepada suami dan istri pada tingkat yang sama. Masing-masing dituntut untuk memperlakukan pasangannya dengan baik.

Istri adalah teman dan pendamping kita di dalam hidup. Dia adalah manusia, anak dari ibu bapaknya, dan bukan sebagai penjaga rumah. Berbakti kepada istri, merupakan kewajiban seorang kepala rumah tangga, yakni dengan menanggung nafkah, seperti makan minum dan pakaian. Juga menjaga haknya dan memimpinnya ke jalan yang diridhai Allah seperti, menunaikan tugas-tugas agama yang menjamin keselamatannya di akhirat kelak.

Allah Swt. berfirman, “Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf.” (QS. Al-Baqarah, 2:228). “Dan bergaullah dengan mereka secara patut.” (QS. An-Nisa’, 4:19). “Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.” (QS. An-Nisa’, 4:34).

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda, “Berpesan-pesanlah dengan baik terhadap kaum wanita”. Rasulullah Saw. senantiasa memesan kita sebagai suami, agar memelihara kaum wanita (istri-Istri) dengan baik, berbelas kasihan terhadap istri kita dan mempergaulinya dengan perasaan kasih sayang.

Dan dalam hadis yang lain Rasulullah Saw. bersabda, “Sebaik-baik kamu adalah yang terbaik terhadap keluarganya, dan aku adalah yang terbaik dari kamu terhadap keluargaku. Orang yang memuliakan kaum wanita adalah orang yang mulia, dan orang yang menghina kaum wanita adalah orang yang tidak tahu budi.” (HR. Abu ‘Asaakir).

Tinggalkan Balasan