BANDUNG – Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Provinsi Jabar Jafar Ismail mengatakan, Petani Milenial Burung Puyuh (PMBP) menghadapi sejumlah kendala. Salah satunya terkait pengelolaan kotoran burung puyuh.
Kendati begitu, Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jawa Barat (Jabar) intens memberikan pendampingan teknis kepada Petani Milenial Burung Puyuh (PMBP) yang sudah melakukan budidaya burung puyuh di Biomethagreen Rumah Edukasi.
“Dari 10.000 ekor burung puyuh, setiap harinya menghasilkan satu karung kotoran,” kata Jafar, Jum’at (12/8).
Menurut Jafar, kotoran tersebut menjadi pakan magot. Nantinya, magot segar dapat dijadikan pakan burung puyuh dan ‘kasgot’ bekas magotnya dapat digunakan untuk pupuk organik tanaman.
“Itu yang dilakukan petani milenial. Jadi kotoran burung puyuh dapat bermanfaat. Apalagi magot juga mengandung gizi yang bagus bagi burung puyuh,” ucapnya.
Selain DKPP Jabar, kata Jafar, pendampingan teknis diberikan juga oleh PT Agro Jabar selaku offtaker. DKPP Jabar dan PT Agro pun memfasilitasi dukungan aktivitas selama PMBP tinggal di Area Biomethagreen Rumah Edukasi sebagai pendamping para PMBP
“Awal Agustus ini burung puyuh sudah mulai bertelur dan ada peningkatan setiap harinya karena mulai produksi pada saat burung puyuh berumur 45 hari,” ucapnya.
Jafar memastikan, budidaya burung puyuh oleh PMBP dilakukan sesuai SOP yang sudah diberikan. PMBP juga sudah memiliki pengalaman selama magang di P4S SQF Sukabumi.
Dia mengaku, pengalaman itu menjadi modal bagi PMBP untuk menyelesaikan problem yang datang selama budidaya berlangsung.
“Selama ini mereka sudah beradaptasi dengan lingkungannya dan bekal pengalaman magang di Sukabumi bisa dijadikan sebagai pembelajaran juga,” katanya.
“Mereka terus mengevaluasi pemeliharaan burung puyuh dan ketika menghadapi masalah mereka sudah punya solusi sendiri,” tambahnya.
Jafar mengatakan, PMBP diharapkan turut berkontribusi menyelesaikan masalah keterbatasan tenaga kerja, dapat meningkatkan produktivitas burung puyuh, serta meningkatkan konsumsi protein dari burung puyuh, baik telur maupun daging di Jabar.
Dia menyebutkan, berdasarkan hasil Survei Pertanian Antar Sensus (SUTAS) pada 2018, jumlah rumah tangga usaha budidaya burung puyuh di Jabar hanya 1.705 rumah tangga atau 0,09 persen dari total rumah tangga usaha peternakan Jabar.