JAKARTA – Bank Indonesia (BI) tengah memperkuat kerja sama mata uang lokal (LCS) Indonesia – Malaysia dan Indonesia – Jepang.
Kepala Departemen Internasional Bank Indonesia Doddy Zulverdi mengatakan, penguatan dimaksud merupakan sebuah upaya untuk memperkuat pasar valas Indonesia agar bisa lebih berimbang.
“Penguatan kerangka kerja sama yang berlaku efektif 5 Agustus 2021 ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan untuk mendorong perdagangan dan investasi,” kata Doddy dalam diskusi virtual, Jakarta, Jumat (6/8/2021).
Selain itu, kata Doddy, juga turut memperkuat stabilitas makro ekonomi dengan mendorong penggunaan mata uang lokal yang lebih luas untuk penyelesaian perdagangan dan investasi langsung antara Indonesia dan Jepang.
“Kita tahu perdagangan Indonesia dengan berbagai mitra itu baik di kawasan Asia maupun luar Asia masif, didominasi oleh penggunaan mata uang dolar Amerika, bahkan kalau kita melihat data terkini sudah beberapa tahun ini 90% perdagangan Indonesia dengan negara-negara luar itu menggunakan mata uang dolar AS,” tuturnya.
Menurut Doddy, dengan banyaknya menggunakan mata uang dolar AS dalam penyelesaian transaksi, barang dagang, baik jasa maupun investasi, dapat menimbulkan ketergantungan pada pasar valas domestik.
“Kalau pasar valas yang sehat, itu artinya ada pasar valas Rupiah dengan YEN, rupiah dengan euro, rupiah dengan ringgit,” terangnya.
Namun faktanya saat ini, meski berdagang dengan China, Jepang, Thailand dan lain-lain, Indonesia harus tetap menggunakan dolar AS. Dampaknya, mata uang Rupiah menjadi sangat sensitif terhadap apa yang terjadi dengan dolar AS.
“Bank Indonesia berinisiatif untuk terus mencoba menjaga stabilitasnya dengan melakukan pendekatan yang sifatnya lebih struktural, yaitu dengan mendalami pasar keuangan,” pungkasnya. (der/fin)