BANDUNG BARAT – Bed Occupancy Rate (BOR) di Kabupaten Bandung Barat (KBB) mengalami penurunan cukup signifikan. Saat ini BOR di Bandung Barat berada di angka 66,67 persen padahal sebelumnya sempat menyentuh 90-95 persen.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) pada Dinas Kesehatan Bandung Barat, Nurul Rasyihan mengatakan, jika penurunan BOR tersebut karena banyak pasien positif COVID-19 yang dinyatakan sembuh.
“Untuk BOR sekarang itu 66,67 persen. Penurunan itu karena yang sembuhnya banyak dan penanganan dari rumah sakit mulai optimal lagi,” ungkap Nurul saat dihubungi, Jumat (30/7)
Nurul menyebut dalam sehari penambahan kasus positif COVID-19 di Bandung Barat berkisar antara 100-150 kasus. Namun angka tersebut cenderung fluktuatif lantaran cukup banyak juga yang dinyatakan sembuh.
“Atau BOR menurun tapi kasus positif naik juga bisa. Karena yang dirawat di rumah sakit itu kan yang gejalanya sedang hingga berat. Di KBB juga banyak yang isolasi mandiri, jadi kalau yang gejala ringan dan isolasi mandiri ya enggak akan berpengaruh ke BOR,” kata Nurul.
Tingginya penambahan kasus COVID-19 di Bandung Barat, juga karena tingginya pelaksanaan tracing dan testing. Berdasarkan arahan Pemprov Jawa Barat, Kabupaten Bandung Barat ditargetkan untuk melakukan tes Covid-19 sebanyak 3.622 tes perhari.
“Jadi semakin tinggi tes maka akan semakin banyak kasus yang ditemukan. Kita diarahkan meningkatkan tracing dan testing juga. Otomatis harus semakin tinggi, jadi akan terlihat gambarannya, dan trennya berbanding lurus dengan temuan kasus baru,” tutur Nurul.
Pihaknya berupaya mengejar target testing harian yang sudah dicanangkan tersebut dengan menerapkan strategi yang bisa mengefektifkan SDM yang ada meskipun banyak tenaga kesehatan yang terpapar COVID-19.
“Target tes harian 3622 itu kan se-KBB. Sekarang kita sudah buat strateginya, kita bagi rata dulu per puskesmas jadi jatahnya sekitar 100-150 orang setiap puskesmas, karena di kita ada 32 puskesmas. Mudah-mudahan bisa terkejar,” jelas Nurul. (mg6)