Disdik Cimahi Gencar Tingkatkan Metode Pembelajaran via Daring

CIMAHI – Sistematika pembelajaran tatap muka terpaksa dihentikan karena kasus Covid-19 meningkat. Terutama pada siswa kelas 1 dan 2 SD (Sekolah Dasar) mereka terpaksa melaksanakan pembelajaran melalui daring dengan didampingi orangtua siswa.

Kabid Pembinaan SD Disdik Cimahi, Mochamad Zaenal mengatakan, sistematika pembelajaran siswa SD masih melalui online serta materinya akan diberikan melalui grup WhatsApp yang akan didampingi oleh orangtua siswa.

Maka, pihak guru langsung memberikan pengarahan kepada orangtua siswa. Lalu, memberikan jadwal baik jadwal pelajaran maupun jadwal pertemuan via daring.

“Kenapa orangtua dilibatkan, karena merupakan tanggung jawab dari orangtua, pemerintah, dan masyarakat. Saat ini dilaksanakan dengan pembelajaran yang disampaikan melalui daring. Kemudian pemberian materi (daya tangkap) dibantu oleh orangtua, jadi selalu dalam bimbingan orangtua murid,” ujar Zaenal.

Dari presentase daya tangkap yang diterima oleh siswa SD dengan kisaran 80 persen karena diperhitungkan dari jumlah siswa didik dengan tingkat perekonomian orangtua siswa.

“Sebagai contohnya ada orangtua yang tidak punya HP (handphone) android kalau sudah masuk pembelajaran nanti para orangtua tersebut sudah dikelompokkan,” imbuhnya.

Ia menyampaikan, bagi orangtua siswa yang tidak memiliki HP android akan diarahkan melalui luring (tatap muka) dengan cara mereka akan dipanggil pihak sekolah, kemudian materi tersebut akan diberikan kepada yang bersangkutan dengan syarat tetap patuhi aturan prokes.

“Untuk menyampaikan lembar jawaban atau materi yang sudah diisi oleh anak-anak bisa disampaikan oleh rekan atau tetangganya,” ujarnya.

Di balik itu, pihaknya menyampaikan tidak harus selalu mencapai ketuntasan di dalam pembelajaran melalui daring karena kondisi yang tidak mendukung (pandemi) ini.

Jika tidak mencapai ketuntasan pun tidak akan menjadi masalah yang penting sistem pembelajarannya tersampaikan.

Selanjutnya, untuk presentase siswa yang sudah bisa baca tulis dengan kisaran 90 persen. Sementara dari 10 persen tersebut sebagian siswa belum bisa baca tulis, bagi siswa yang belum lancar baca tulis akan dapat bimbingan langsung melalui luring (tatap muka).

“Jika ada murid yang belum bisa baca tulis maka pihak sekolah akan mendata dan perlu membimbing secara maksimal, dengan syarat mematuhi aturan protokol kesehatan,” ujarnya. (tan)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan