SOREANG – Melakukan kampanye atau sosialisasi di tengah pandemi terutama pada masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) menjadi tantangan yang cukup sulit, setiap Calon Kepala Desa tentu harus memiliki kewaspadaan dan strategi khusus pada saat memperkenalkan diri dan menyampaikan visi misi dan program kepada masyarakat.
Hal tersebut dikatakan, Payus Riksa Waluya, seorang Calon Kepala Desa di Desa Pamekaran Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung.
Payus mengatakan, dalam kampanye dimasa Pandemi mengusung konsep-konsep kekinian ala milenial untuk menggaet hati calon pemilihnya, diantaranya dengan aktif menggunakan sosial media sebagai sarana sosialisasinya.
“Di tengah banyaknya pembatasan kegiatan masyarakat, sosialisasi digital memang merupakan salah satu solusi yang bisa dijalankan saat ini,” kata Payus ditemui di Soreang, Senin (26/7).
Dikatakan Payus, untuk melakukan sosialisasi dengan gaya lama yakni mengumpulkan masyarakat tentu akan menimbulkan resiko tinggi dan rawan pelanggaran terhadap aturan pemerintah tentang kerumunan.
Sehingga, lanjut Payus, adanya hal tersebut, dirinya semakin aktif di sosial media dan melakukan sosialisasi door to door kepada tokoh-tokoh masyarakat yang diangggap cukup memiliki pengaruh di lingkungan sekitarnya.
“Memang kalau secara sebaran lebih efektif mengumpulkan masyarakat, tapi situasinya sedang begini, apa-apa serba riskan, makanya saya lebih fokus ke individu-individu yang memang bisa membantu mendapatkan suara. Memang dengan konsep door to door ada tantangannya, kita sebagai calon kan mobilitasnya tinggi, nah terkadang ada juga masyarakat yang khawatir gitu kalau kita datangi,” jelasnya.
Menurutnya, Pandemi covid-19 membuat banyak aktivitas masyarakat dibatasi, bukan hanya aktivitas ekonomi dan pendidikan, namun aktivitas pemerintahan pun sangat dibatasi seperti halnya penyelenggaraan Pilkades serentak yang digelar di Kabupaten Bandung.
“Jadwal pelaksanaan Pilkades serentak yang ternyata bertepatan dengan PPKM yang ditetapkan pemerintah pusat akhirnya sudah dua kali di reschedule. Hal itu menimbulkan dilema bagi para Calon Kepala Desa yang tengah sibuk mengatur strategi untuk pemenangan mereka,” ungkapnya.
Terkait cost politik, kata Payus, memandang hal itu sangat fleksibel, tergantung dari calonnya. Payus sendiri memilih konsep sosialisasi non pragmatis.