Kimia Farma Tunda Kebijakan Vaksinasi Berbayar

”Kalau alasannya adalah mempercepat vaksinasi, ya tidak mungkin vaksin dijual,” katanya.

Pendiri Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) Diah Saminarsih menyatakan, WHO mengeluarkan prinsip vaccine equity atau distribusi vaksin yang adil. WHO sudah memperkirakan suplai vaksin dunia tidak cukup pada awal pandemi. Karena itulah, akan ada perebutan vaksin antarnegara.

”Yang terjadi, belum berhasil (vaccine equity),” katanya.

Dia menegaskan, vaksinasi Covid-19 harus merata. Kelompok rentan juga harus mendapatkan vaksin.

”Kalau mau pindah ke berbayar, apakah kewajiban memvaksin kelompok rentan itu sudah dilakukan?” tanyanya.

Diah menegaskan, sejauh ini tidak ada alasan untuk membebankan biaya vaksin kepada masyarakat.

”Seharusnya tervaksin dulu. Kalau suplai vaksin sudah berlebih, baru ada opsi berbayar,” tuturnya.

Di sisi lain, kemarin Indonesia mendapatkan 10 juta dosis bahan baku vaksin Covid-19 dari Sinovac. Kedatangan vaksin tersebut merupakan tahap ke-21.

Dengan kedatangan itu, jumlah vaksin Sinovac dalam bentuk bahan baku bertambah menjadi 115.500.280 dosis. Bahan mentah itu bakal diolah Bio Farma menjadi 93 juta dosis vaksin jadi Sinovac yang siap diberikan kepada masyarakat.

(jawapos)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan